Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Probolinggo. Sejak Agustus 2017 lalu, warga Desa Sumberkare, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo mulai kekurangan air. Sumur yang mereka miliki sudah tak mengeluarkan air lagi.
Sejak itu, ratusan warga di dusun tersebut harus mencari air. Tak banyak sumber air yang bisa diambil. Hanya ada sisa air dari sungai kecil yang melintasi dusun dan embung di dekat Daerah Aliran Sungai (DAS). Air di dua tempat itu pun juga sudah menipis. Dan jaraknya cukup jauh.
Bahkan terkadang warga harus mengeruk tanah untuk membuat cekungan di pinggir atau tengah sungai dan embung. Tujuannya agar air bisa berkumpul di cekungan itu supaya bisa diambil. Air memang tak selalu ada dan berkumpul. Jika permukaan air sudah menipis, maka warga terpaksa mengeruk tanah agar terbentuk cekungan dan terisi air.
"Hanya di sumber mata air ini kami bisa mendapatkan air untuk minum meski sedikit keruh. Warna airnya agak kekuningan, mau bagaimana lagi, di sini tidak banyak sumber air lagi kecuali di embung ini," ungkap Arso (60) salah satu warga setempat saat mengambil air di embung Sumberkare, Jumat (29/9/2017).
Warga lain bernama Siha mengatakan, warga di tiga dusun di Desa Sumberkare, setiap harinya harus mengeruk tanah atau bebatuan di sekitar DAS dan sungai kecil yang masih tersisa sedikit airnya. Untuk kemudian nantinya diambil dan ditampung dalam ember.
"Airnya terlihat bening, tapi sebenarnya tidak begitu bersih. Airnya juga berbau. Meski begitu kita tetap mengonsumsinya, karena hanya dengan ini kami bisa hidup di musim kekeringan ini," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sumberkare Hasan membenarkan kondisi warganya yang memang kekurangan air. Menurutnya hal tersebut terjadi karena Desa Sumberkare sudah sering menjadi langganan kekeringan. Desa Sumberkare juga sulit mendapatkan air bersih lantaran kondisi geografisnya yang berupa perbukitan tandus.
"Setiap musim kemarau memang seperti ini. Ini belum masuk puncak musim kemarau. Jadi harapan kami hanya embung Sumberkare itu sebagai satu-satunya cadangan air yang eksploitasinya benar-benar kami jaga," kata Hasan.
Hasan menambahka, bantuan Pemkab Probolinggo untuk air bersih sangat minim. Hasan mencatat hanya ada dua truk tangki air bantuan yang datang ke desa. Saat truk tangki datang, warga berebut air.
"Kami juga tidak bisa beli air tangki karena tidak ada yang jual. Bantuan air tangki yang lain juga tak pernah datang lagi," tandas Hasan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto masih belum dapat dikonfirmasi terkait peristiwa ini. (dtc)