Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Putri pahlawan revolusi Mayjen Anumerta D.I Pandjaitan, Catherine Pandjaitan, mengaku sudah berdamai dengan peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965. Catherine mengimbau untuk tidak ada diskriminasi setelah adanya peristiwa kelam tersebut.
"Kalau kita ini sudah berdamai, kita jangan diskirminasi, sudah berdamai aja. Ngapain nginget-nginget itu semua," jata Catherine di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (1/10).
Catherine menilai masih banyak hal yang perlu diurusi oleh bangsa Indonesia dibanding meributkan hal yang tak perlu. Dia meminta masyarakat untuk tak menanggapi isu-isu yang ingin mengadu domba anak bangsa.
"Setuju saja. Bangsa lain udah maju deh, kita fokus. Rakyat Indonesia dari sini sana masih banyak yang susah. Kasihan banyak anak anak yang lain tidak mampu. Saya sendiri sedih lho. Jangan diladenin lah begini begini. Mari bergandengan tangan do all the best for country," tuturnya.
Catherine juga telah memaafkan peristiwa yang menimpa ayahnya itu. Dia bahkan sudah bergandengan kembali dengan anak dari Njoto dan Aidit.
"Ya sudah lah, sudah lama. Aku sudah gandengan tangan sama anaknya Njoto, sama Ilham sebenarnya juga udah. Tapi nggak tahu kita tusuk dari belakang," imbuhnya.
Kendati demikian, Catherine menganggap film G30S/PKI sudah sesuai dengan apa yang terjadi. Peristiwa itu, kata Catherine, diharapkan dapat menjadi pelajaran penting bagi setiap anak bangsa agar kejadian serupa tak terulang kembali.
"Yang nggak setuju (film) itu ada maksud lain lah. Yang penting masuk buku sejarah. Pelajari anak SD sampai mahasiswa bahwa dulu di Indonesia pada 65 pernah kejadian hampir ada kudeta, hampir Indonesia ada komunis," katanya.(dtc)