Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banyuwangi. Upacara adat Kebo-keboan Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, keterlibatan generasi muda muncul dan menunjukkan talentanya dalam ritual yang digelar setiap tahun ini. Ribuan penonton pun terhipnotis.
Dalam ritual yang hiasan digelar bulan Suro ini, anak-anak muda Alasmalang menunjukkan kepiawaiannya memainkan musik dan bernyanyi dengan cengkok Using (suku khas Banyuwangi), Minggu (1/10/2017).
Mereka menampilkan drama tari yang berjudul "Sri Suguh" yang menceritakan tentang keagungan Dewi Sri, yang dipercaya akan menjaga tanaman padi mereka. Dalam diatas pentas, ada dua orang yang berdandan ala kerbau, dengan sekujur tubuhnya yang dibaluri warna hitam legam. Di lehernya tergantung lonceng kerbau yang kemudian digoyang-goyangkan, layaknya kerbau berjalan. Tak hanya itu, ada pula Dewi Sri, yang menaburkan benih padi dan bunga.
Suguhan ini belum berakhir, tiba-tiba rombongan puluhan manusia kerbau yang sebelumnya melakukan ritual arak-arakan di empat penjuru desa, muncul. Mereka langsung terjun ke sawah, yang sudah disiapkan oleh panitia. Tak jarang, mereka mengejar penonton dan menyeretnya ke tengah sawah. Kerbau pun langsung melumuri penonton dengan lumpur.
Ada pula manusia kerbau yang sengaja mendekati penonton, dan memoleskan cat hitam yang melekat ditubuhnya. Ini membuat penonton berlari. Ada juga yang tak berkutik dan wajahnya menjadi hitam terkena cat yang melekat ditubuh manusia kerbau ini.
"Waah hitam semua ini. Kerbau ya usil ini. Tapi kasihan anak kecil tadi ya, dia langsung dicelupkan dilumpur," ujar Shinta, salah satu penonton, kepada detikcom.
Ritual ini merupakan ritual bersih Desa yang digelar oleh masyarakat desa Alasmalang. Mereka bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rezeki berupa panen yang melimpah. Tak hanya itu, mereka juga meminta perlindungan dari hama dan penyakit selama tahun kedepan.
"Ada yang beda dalam kegiatan ini. Saya bangga karena ada regenerasi terhadap tradisi ini. Anak-anak muda turun langsung menampilkan tarian dan drama uang indah. Ini bukti keberhasilan desa ini berkompetisi dalam menampilkan atraksi yang apik," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang mengikuti kegiatan hingga bubar acara.
Anas juga mengapresiasi panitia yang membuat lokasi yang nyaman bagi penonton dan undangan. Panitia menyediakan bangunan baru, yakni Rumah Budaya Kebo-keboan (RBK) sebagai tepat singgah undangan dan masyarakat.
"Bangunannya bagus. Ini membuat saya kerasan disini. Ditengah sawah ada bangunan bagus gini. Semilir angin bikin kerasan saya," tambahnya.
Anas juga mengingatkan desa-desa yang ada di Banyuwangi yang memiliki tradisi adat untuk berkompetisi dalam menyuguhkan tradisi dan ritualnya. Ini sebagai penarik wisatawan untuk datang ke Banyuwangi.
"Saya lihat tadi turis Jepang dan Korea sangat antusias melihat Kebo-keboan ini. Malah tadi nyemplung ke sawah juga. Antusias sekali dia tadi. Makanya kita berharap desa-desa yang memiliki tradisi adat untuk mengemas budaya dan tradisinya dengan baik," tambahnya.(dtc)