Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Surabaya - Pemilihan Gubernur Jawa Timur akan digelar
pada 2018. Warga Madura dan Jawa Timur pada umumnya disebut
mengharapkan sosok gubernur dan wakil gubernur yang jujur, merakyat,
dan visioner.
"Berdasarkan hasil survei, yang paling diharapkan oleh publik adalah
sosok calon gubernur dan calon wakil gubernur yang jujur (tidak
terlibat korupsi), merakyat, dan visioner. Artinya, punya program
jelas dalam memajukan dan menyejahterakan warga Jawa Timur," ujar
pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Mochtar W
Oetomo saat dihubungi detikcom, Rabu (4/10/2017).
Saat ini ada dua kandidat yang dinilai sangat kuat sebagai calon
Gubernur Jatim, yakni Saifullah Yusuf alias Gus Ipul (Wakil Gubernur
Jatim) dan Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial). Mochtar
memberikan pandangan tentang dua sosok itu.
"Secara umum, Gus Ipul lebih banyak dipersepsikan publik sebagai sosok
yang merakyat dan friendship," katanya.
"Sementara sosok Khofifah lebih banyak dipersepsikan publik sebagai
sosok yang visioner dan cerdas," terangnya.
Mochtar, yang juga Direktur Surabaya Survey Center (SSC), menerangkan
ada satu harapan publik yang belum terepresentasikan pada kandidat,
yakni sosok yang jujur, amanah, dan bisa dipercaya.
"Ini yang harus mampu dibuktikan oleh Gus Ipul dan Khofifah ke publik.
Dan atau dalam memilih wakilnya, bisa memenuhi kriteria yang
diinginkan publik tersebut," jelasnya.
Mochtar mengatakan, secara prinsip, yang dibutuhkan warga Madura dan
Jawa Timur secara umum adalah sama. Hanya secara spesifik masyarakat
Madura menginginkan kemajuan dan kesejahteraan yang tetap dalam
bingkai kultur dan religi.
"Masyarakat Madura lebih melihat sosok calon gubernur dan calon wakil
gubernur yang terlihat agamis dan alim," ujarnya.
Adakah Alternatif Cagub Selain Gus Ipul dan Khofifah?
Gus Ipul dan Khofifah merupakan dua tokoh yang mewarnai setiap Pilgub
Jatim. Keduanya sama-sama tokoh dari Nahdlatul Ulama dan bertarung
pada Pilgub 2008 dan 2013. Dalam Pilgub Jatim 2018, Gus Ipul dan
Khofifah diperkirakan akan bertemu lagi. Adakah alternatif cagub
selain Gus Ipul dan Khofifah?
"Saya rasa mungkin saja, karena masih ada waktu beberapa bulan menuju
pendaftaran ke KPU," kata Mochtar.
Mochtar menerangkan sejauh ini publik sudah sangat akrab dan kenal
dengan sosok Gus Ipul dan Khofifah. Sebab, keduanya sudah pernah
bertarung dalam pilgub sebelumnya.
"Diperlukan sosok baru sebagai pembanding sekaligus petanding bagi Gus
Ipul dan Khofifah, agar persaingan keduanya tidak melulu soal
kekuasaan dan dendam lama. Tapi lebih pada persaingan bagaimana
memajukan dan menyejahterakan Jawa Timur," terangnya.
Dia menambahkan, hadirnya kandidat baru atau kandidat ketiga, keempat,
penting untuk menyehatkan persaingan antara Gus Ipul dan Khofifah.
"Di sisi lain juga penting untuk menjaga keseimbangan agar tidak
muncul polarisasi dua kutub di Jawa Timur," ujarnya.
Mochtar juga bicara soal siapa sosok baru yang dapat bersaing dengan
dua kutub pilgub saat ini. Kata Mocthar, dari sisi kapasitas banyak
figur yang dapat bersaing seperti Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi
periode 2008-2013), M Nuh (eks Menteri Pendidikan), Tri Rismaharini
(Wali Kota Surabaya), Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Djarot
(Gubernur DKI Jakarta).
"Hanya, bagaimana tinggal mem-push popularitas dan elektabilitasnya
agar sebanding dan setanding dengan Gus Ipul maupun Khofifah,"
jelasnya.
Mochtar juga menyoroti perbincangan soal persaingan Gus Ipul dan
Khofifah sejauh ini hanya berputar pada persoalan dukungan partai
politik, rekomendasi, dan dukungan organisasi kemasyarakatan.
"Belum sampai ke soal perang gagasan dan ide bagaimana memajukan dan
menyejahterakan Jawa Timur. Hanya berputar pada persoalan dukungan
parpol, rekomendasi, dan dukungan ormas," ujarnya.
Menurut Mochtar, rakyat Jawa Timur menunggu gagasan besar para
kandidat untuk kemajuan dan kesejahteraan bagi Jawa Timur.
"Sudah waktunya antarkandidat memperdebatkan gagasan, bukan melulu
memperdebatkan rekomendasi dan dukungan partai politik," tuturnya. dtc