Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan larangan masyarakat mendekati zona berbahaya di Gunung Agung. Hal ini menyusul aksi nekat warga yang menerobos masuk zona berbahaya dan mengunggahnya ke media sosial.
"Ini jelas pelanggaran. Meski (mereka) sudah tahu berbahaya dan dilarang memasuki zona berbahaya dari Gunung Agung, apalagi sampai ke puncak kawah, semua itu dilanggar," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Jumat (6/10/2017).
Sutopo menegaskan larangan zona bahaya bukan hanya untuk warga sekitar. Tapi juga tim SAR yang bekerja karena Gunung Agung bisa tiba-tiba meletus.
"Sangat berbahaya karena tiba-tiba bisa terjadi letusan. Berbahaya bagi orang tersebut maupun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban di puncak kawah," imbuh Sutopo.
Sutopo menjelaskan, dari video yang beredar di media sosial tentang kondisi kawah Gunung Agung, memang sudah ada rekahan sehingga asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah. Keluarnya asap mengindikasikan adanya pemanasan ke permukaan. Ketebalan asap juga menandakan bahwa proses degassing lebih intensif.
"Suara seperti pesawat mengindikasikan tekanan yang tinggi. Air yang keluar ke kawah lewat lapangan solfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma mendekati permukaan. Artinya, sangat berbahaya di dekat kawah Gunung Agung," jelas Sutopo.
Selain itu, Sutopo mengungkap ada sebagian warga yang tetap nekat menerobos ke puncak gunung meski berbahaya. Sebagian warga yang naik bertujuan untuk mendoakan agar gunung tidak meletus. Namun Sutopo menyayangkan jika prosesi itu harus disebarluaskan ke media sosial sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.
"Sebelumnya, ada warga yang nekat ke kawah Gunung Agung meski sudah dilarang. Mereka menggunakan logika spiritual. Selain itu, ingin mendoakan agar gunung tidak meletus. Namun sayang, disebarluaskan ke media sosial sehingga menimbulkan keresahan warga," sebut Sutopo.
Bukan tanpa alasan BNPB melarang masyarakat memasuki zona berbahaya pada gunung yang tengah aktif. Meski secara visual tampak terlihat aman di permukaannya, di dalamnya, gunung masih bergejolak dan hanya bisa terekam dengan alat PVMBG.
"Di Gunung Sinabung, ada warga yang menerobos ke zona berbahaya karena akan melakukan ziarah leluhurnya. Begitu juga ada yang nekat untuk melihat gunung dari dekat dan mendokumentasikan. Tiba-tiba terjadi letusan disertai awan panas sehingga menyebabkan 17 orang meninggal dunia pada 11 Februari 2014," tutur Sutopo.
Dia meminta kerja sama semua pihak, baik warga maupun masyarakat sekitar, untuk bersama-sama mematuhi larangan memasuki zona bahaya. Selain itu, Sutopo meminta masyarakat tidak mengunggah video atau foto dari zona berbahaya karena akan menimbulkan keresahan.
"Janganlah mengambil gambar dan video lalu disebarluaskan ke media sosial. Tindakan ini membuat bingung dan resah masyarakat. Tidak mungkin semua wilayah di sekeliling Gunung Agung dijaga aparat sepanjang hari. Perlu kerja sama semua pihak," tutup dia. dtc