Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Washington. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak berniat untuk menandatangani perjanjian larangan senjata nuklir yang didukung oleh kelompok International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), yang meraih hadiah Nobel Perdamaian tahun ini.
"Pengumuman hari ini tidak mengubah posisi AS soal perjanjian itu: AS tidak mendukung dan tidak akan menandatangani Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir," tegas juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu (7/10) usai pengumuman ICAN sebagai peraih Nobel Perdamaian 2017.
"Perjanjian ini tak akan membuat dunia lebih damai, tak akan menghasilkan pemusnahan setiap senjata nuklir, dan tak akan meningkatkan keamanan setiap negara," imbuh juru bicara tersebut seraya menambahkan, tak ada satu pun negara-negara bersenjatakan nuklir yang mendukung perjanjian tersebut.
Namun juru bicara Deplu AS tersebut menegaskan, Washington tetap berkomitmen pada kewajiban-kewajibannya sesuai Traktat Non-Proliferasi Nuklir dan terus bekerja untuk "memperbaiki lingkungan keamanan internasional, mencegah dan melawan proliferasi, serta mengurangi bahaya nuklir di seluruh dunia."
"Kami menyerukan negara-negara untuk bekerja sama dengan kami dalam tindakan pragmatis, efektif untuk mencapai hal ini," tandasnya.
Kelompok ICAN dinyatakan sebagai pemenang Nobel Perdamaian atas upaya-upayanya untuk memusnahkan senjata nuklir di dunia. ICAN merupakan pemain utama dalam penandatanganan Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir oleh 122 negara di PBB pada Juli lalu.
Namun perjanjian global tersebut sebagian besar hanya simbolis belaka. Ini dikarenakan tak ada satupun dari sembilan negara yang diketahui atau diduga memiliki senjata nuklir -- Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara -- ikut menandatangani perjanjian itu. (dtc)