Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Tulungagung. Nelayan Pantai Popoh Tulungagung menggelar ritual adat Labuh Laut Sembonyo. Ritual ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan hasil laut maupun keselamatan.
Prosesi adat diawali dengan mengarak aneka sesaji berbentuk gunungan dan perahu dari Pendapa Pantai Popoh, Desa Besole, Kecamatan Besuki menuju dermaga pelabuhan perikanan. Selanjutnya aneka sesaji dari hasil bumi tersebut didoakan oleh sang tetua adat.
Setelah doa selesai. Suasana labuh laut yang tadinya berjalan hikmad langsung berubah riuh, gunungan yang berisi aneka hasil bumi dan buah-buahan menjadi rebutan ratusan warga yang berada di sekitar pelabuhan. Aksi rebutan tumpeng hasil bumi inilah yang selalu menjadi favorit para pengunjung.
"Asyik dan seru, karena bisa saling berebut untuk dapat buah atau hasil bumi lainnya. Tadi sempat terinjak, tapi tidak apa-apa," kata salah seorang pengunjung, Teddy, Minggu (8/10/2017).
Sementara itu sesaji lain yang dibentuk menyerupai perahu, ditarik ke tengah laut untuk dilarung bersama. Ratusan nelayan dan warga mengikuti prosesi larung sesaji tersebut hingga ke tengah.
Kepala Desa Besole, Suratman, mengatakan, tradisi sedekah laut tersebut rutin digelar oleh para nelayan di wilayahnya setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Kegiatan tersebut telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang sejak ratusan tahun silam.
"Ini adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmatnya kepada para nelayan, sehingga diberikan kesehatan, keselamatan serta hasil tangkapan ikan yang melimpah," katanya.
Dengan tradisi sedekah laut itu, para nelayan juga berharap, satu tahun ke depan kondisi laut selatan Jawa Timur bisa stabil dan tidak memiliki gelombang tinggi, sehingga para nelayan bisa mencari penghasilan dengan maksimal.
"Semoga tangkapan ikan setahun ke depan melimpah dan berkah. Semoga juga nelayan kami diberikan keselamatan," ujarnya saat memberi sambutan.
Sementara itu Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo mengatakan, tradisi Labut Laut Sembonyo tetap dijaga kelestariannya, karena selain mejadi adat msyarakat nelayan, kegiatan tersebut juga dinilai sebagai salah satu aset wisata di kawasan Pantai Popoh.
"Pantai Popoh ini adalah favorit wisata sejak tahun 70-an, sehingga jangan sampai kalah dengan pantai-pantai baru yang ada di sekitarnya. Salah satu caranya adalah melestarikan adat seperti ini dan menambah wahana maupun pementasan seni lainnya," katanya.
Menurutnya, pemerintah akan berusaha semaksimal mungkin untuk membangkitkan kembali tingkat kunjungan wisata di pesisir selatan Tulungagung ini. Untuk memperkuat hal tersebut, rencananya Pemkab Tulungagung akan mengalihkan pengelolaan Pantai Popoh dari perusahaan daerah ke Dinas Pariwisata.
"Saya minta ada redesain lagi pantai ini, dulu waktu saya masih kecil ketika ke Popoh masih bisa melihat pasir laut, tapi sekarang tidak ada lagi. Tentu ini butuh inovasi, mungkin ditambah speedboat atau bananaboat agar lebih menarik," ujarnya.
Pihaknya berharap Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan untuk membangun sinergi yang harmonis, sehingga bisa ikut mendukung berbagai kegiatan pementasan budaya maupun upacara adat yang ada di Pantai Popoh.
"Harus bersinergi, agar warga nelayan dan warga Besole bebannya semakin ringan ketika menggelar upaca adat seperti ini," imbuhnya. (dtc)