Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - London. Sally Jones, militan asal Inggris yang menjadi perekrut untuk kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), tewas dalam serangan drone Amerika Serikat (AS) di Suriah. Jones tewas bersama putranya yang berusia 12 tahun.
Kabar kematian Jones (50) ini dilaporkan oleh surat kabar Inggris, The Sun, dan dilansir Reuters, Kamis (12/10/2017). Jones dilaporkan tewas dalam serangan drone AS pada Juni lalu. The Sun mengutip keterangan sumber intelijen Inggris yang telah mendapatkan informasi dari intelijen AS.
Dituturkan oleh sumber intelijen Inggris yang dikutip The Sun, Jones dan putranya tewas dalam serangan drone Predator milik AS di wilayah perbatasan Suriah dekat Irak. Saat itu Jones disebut sedang berupaya melarikan diri dari kota Raqqa, markas ISIS di Suriah.
Menurut sumber intelijen Inggris itu, direktur intelijen AS mengakui tidak bisa memastikan 100 persen bahwa Jones tewas karena tidak mungkin mencari sampel DNA-nya secara langsung di lapangan. Namun otoritas intelijen AS 'meyakini' Jones telah tewas.
Putra Jones yang bernama Jojo diyakini tewas dalam serangan drone yang sama. Meskipun disebut oleh The Sun, keberadaan Jojo tidak diketahui otoritas militer AS saat melancarkan serangan drone. Jojo tidak ikut menjadi target dalam serangan itu.
Jones yang seorang mualaf dari Chatham, Kent, Inggris ini pergi ke Suriah tahun 2013 dan menikah dengan militan ISIS bernama Junaid Hussain, yang juga berasal dari Inggris. Hussain yang dijuluki 'pejihad siber terkemuka' tewas dalam serangan drone AS di Suriah tahun 2015 lalu.
Tewasnya Hussain membuat Jones dijuluki sebagai 'Janda Putih' oleh media-media Inggris. Dia terus aktif sebagai anggota ISIS dengan perannya sebagai perekrut militan secara online. Terkadang Jones memposting pesan propaganda ISIS di media sosial, termasuk foto dirinya memakai pakaian biarawati yang sedang menodongkan pistol ke arah kamera.
Saat masih tinggal di Inggris, Jones dikenal sebagai ibu dari dua anak dan mantan penyanyi punk. Setelah bergabung dengan ISIS, dia bertugas memimpin sayap pasukan wanita pada batalion militan asing ISIS. Tujuannya adalah menyerang Eropa dan Amerika.
AS memasukkan Jones dalam daftar 'Target Bernilai Tinggi' yang harus dibunuh. Intelijen AS menyalahkan Jones karena menyebarkan daftar berisi 1.300 personel militer AS ke publik dan meminta militan serta pendukung ISIS menyerang mereka.
Bersama suaminya, Jones merencanakan serangkaian serangan teror ISIS di tiga benua berbeda. Serangan itu termasuk rencana meledakkan bom di jalanan yang dilalui Ratu Inggris Elisabeth II dan Pangeran Philip di London saat perayaan VJ day -- menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia II -- dua tahun lalu. Tahun 2016, Jones dituding menyerukan wanita-wanita di Inggris untuk melakukan serangan teror saat bulan suci Ramadan.
Jones menjadi warga Inggris keenam yang tewas di Suriah dalam serangan drone. Selain dia terdapat militan ISIS lainnya seperti Reyaad Khan, Ruhul Amin, dan algojo ISIS Mohammed Emwazi alias 'Jihadi John' yang sama-sama tewas pada tahun 2015. (dtc)