Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Kuala Lumpur. Malaysia menghentikan seluruh aktivitas impornya dari Korea Utara (Korut). Langkah ini sebagai bagian dari upaya pemutusan aliran dana untuk Korut terkait program rudal dan nuklirnya yang mengancam dunia.
Bulan lalu, PBB dan Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi baru yang melarang ekspor Korut dan menghukum perusahaan atau individu yang melakukan transaksi bisnis dengan Korut. Ekspor tekstil Korut resmi dilarang PBB sejak 11 September lalu. Sedangkan AS memutus akses dan membekukan aset setiap entitas maupun individu yang kedapatan terlibat bisnis dengan Korut.
Menurut data Departemen Statistik, seperti dilansir Reuters, Jumat (13/10/2017), Malaysia tidak lagi membeli barang apapun dari Korut sejak Juni dan Juli. Sebelumnya Malaysia diketahui melakukan pembelian barang-barang impor Korut senilai 20,6 juta ringgit (Rp 65,5 miliar) dalam 5 bulan pertama tahun 2017 ini.
Malaysia tadinya merupakan teman terdekat Korut. Hubungan keduanya memburuk sejak Februari lalu, saat Kim Jong-Nam, saudara tiri pemimpin Korut Kim Jong-Un, tewas dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Baik Amerika Serikat (AS) maupun Korea Selatan (Korsel) meyakini pembunuhan itu diperintahkan langsung oleh Kim Jong-Un.
Malaysia kemudian terlibat perseteruan dengan Korut terkait kasus pembunuhan itu, yang diwarnai 'penyanderaan' warga Malaysia di Pyongyang. Hingga akhirnya bulan lalu, otoritas Malaysia melarang setiap warganya untuk pergi ke Korut.
Bulan lalu, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menemui Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih. Usai pertemuan itu, Trump menuturkan kepada wartawan bahwa Malaysia 'tidak lagi berbisnis dengan Korut'.
Selama ini Malaysia menjadi sumber pendapatan penting bagi Korut. Warga kedua negara menikmati bebas visa. Malaysia banyak menerima pekerja asing dari Korut. Lebih penting lagi, dilaporkan terdapat operasi yang menyalurkan aliran dana kepada rezim komunis Korut. Awal tahun ini, Reuters melaporkan bahwa badan intelijen Korut, Biro Pengintaian, menjalani operasi bersenjata dari Kuala Lumpur.
Barang-barang yang diimpor Malaysia dari Korut sangat bervariasi, mulai dari batubara, perlengkapan medis, LED, kepiting, mie, tabung pemadam kebakaran hingga gantungan baju. Seorang pejabat pemerintahan AS menuturkan kepada Reuters, Malaysia telah memastikan pihaknya tidak lagi mengimpor dari Korut.
Malaysia menjadi salah satu dari sedikit negara yang meningkatkan impor dari Korut dalam beberapa tahun terakhir. Dari yang tadinya hanya 1.183 ringgit (Rp 3,7 juta) pada tahun 2012, menjadi 8,2 juta ringgit (Rp 26 miliar) pada tahun 2016.
Pembelian yang tidak biasa pada tahun ini adalah batubara. Malaysia mengimpor batubara dari Korut, setelah China -- pembeli utama mineral Korut -- melarang impor komoditas itu pada Februari lalu. Laporan PBB menyebut Korut mengalihkan ekspor batubara ke negara lain usai China memberlakukan larangan itu.
Pada Maret lalu, Malaysia mengimpor batubara senilai US$ 3,4 juta (Rp 45 miliar) dan mengimpor produk tar batubara (berbentuk cairan hitam pekat) senilai US$ 16,6 juta (Rp 220 miliar). Meski telah menghentikan impor, Malaysia tetap mengekspor barang-barang ke Korut. Barang yang diekspor itu termasuk minyak sawit, makanan dan suplai medis senilai 4,4 juta ringgit (Rp 14 miliar), antara Januari hingga Juli lalu. (dtc)