Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Padang. Sumbangan devisa Indonesia dari sektor pariwisata dinilai masih rendah. Bank Indonesia (BI) menilai Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, tahun lalu devisa dari pariwisata sekitar US$ 11,3 miliar. Malaysia US$ 18,1 miliar dan Thailand US$ 49,9 miliar.
"Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang jumlah turisnya 3 kali lipat, seperti Thailand turisnya yang masuk 27-30 juta, tahun lalu kita hanya 12 juta turis," kata Mirza dalam acara Regional Investment Forum di Hotel Grand Inna Padang, Senin (16/10).
Dia menjelaskan tahun ini Turis diharapkan bisa tembus 15 juta. Kemudian tahun-tahun berikutnya bisa 20 juta. "Makin banyak turis yang datang, semakin lama mereka di sini dan menggunakan fasilitas sampai makan di sini maka potensi devisanya akan lebih banyak," imbuh dia.
Mirza menjelaskan, dengan peningkatan turis yang mempengaruhi naiknya devisa maka turut meningkatkan tenaga kerja dan mendorong gross domestic product (GDP) di sektor pariwisata nasional.
Kemudian dia menambahkan, saat ini GDP pariwisata masih digabungkan dengan perdagangan, hotel dan restoran. Hal itu termasuk dengan sekitar 20% dari GDP Indonesia.
"Tapi nanti, jika pariwisata sudah mulai tumbuh dan makin penting. Misalnya jangka waktu 10 tahun ke depan, tentunya pariwisata bisa menjadi satu sektor tersendiri yang masuk dalam penghitungan PDB kita," ujarnya.
Dia mengharapkan, cadangan devisa nasional bisa terus meningkat dengan jumlah turis yang masuk ke Indonesia yang lebih banyak dibandingkan turis Indonesia yang pergi ke luar negeri. "Jumlah turis masuk dan devisanya harus lebih besar," imbuh dia.
Menurut Mirza untuk mendorong banyaknya turis yang datang ke Indonesia. Pemerintah harus meningkatkan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, pelabuhan, hingga bandara yang melayani penerbangan langsung. (dtf)