Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Lewat kapal ternak, KM Camara Nusantara I, sapi dari NTT bisa dibawa langsung ke Jakarta dengan biaya lebih murah. Kapasitas kapal tersebut 500 ekor sapi, dengan waktu tempuh Kupang-Tanjung Priok 5 hari.
Direktur Utama PD Dharma Jaya, Marina Ratna Dwi Kusumajati, mengungkapkan sebenarnya jika ada angkutan yang efisien seperti kapal ternak, harga sapi lokal asal NTT lebih murah ketimbang sapi impor asal Australia.
"Terakhir harga Rp 40.000/kg (bobot hidup), timbang di sana, belum ongkos (kirim). Itu (sapi) Bali, kalau (sapi) NTT Rp 33.000/kg sampai di sini Rp 39.950/kg. Kalau (sapi) impor sekarang Rp 42.000-43.000/kg," ujar Marina ditemui di Redtop Hotel, Jakarta, Senin (16/10/2017).
Diungkapkannya, harga sapi hidup asal NTT yang sudah sampai Jakarta yang diangkut kapal ternak yakni Rp 39.950/kg. BUMD tersebut selama ini rata-rata mendatangkan 150 ekor dalam setiap pengiriman sapi dari kapal ternak yang sandar dua pekan sekali di Tanjung Priok.
"HPP sapi (NTT) sampai Jakarta itu Rp 39.950/kg, kalau beli di sana Rp 33.500/kg. Kami ambil untung sekitar 5%, saya buka-bukaan saja, karena BUMD itu enggak ambil untung banyak. Tapi enggak boleh rugi juga," terang Marina.
Harga sapi dari NTT yang lebih murah dari sapi impor dari feedloter itu, jelas dia, lantaran dibeli langsung dari peternak dan diangkut dengan kapal ternak.
"Murah karena kan dari hulu langsung ke hilir. Kan middleman hilang. Impor lebih tinggi, karena sekarang dolar naik, dolar lagi naik Rp 13.500 itu sudah pasti, kemudian suplai di sana juga dari Australia turun. Mereka aware, begitu stok turun, dia enggak mau ekspor banyak," tuturnya.
Namun meski relatif lebih mahal dari sapi lokal, harga sapi impor asal Australia memiliki rendemen yang lebih tinggi atau dengan kata lain, menghasilkan daging yang lebih banyak dari setiap bobot sapi hidupnya.
Rendemen yang rendah ini tak lepas dari bobot sapi hidup lokal yang kisarannya hanya 400 kg per ekor. Sementara sapi bakalan impor dari Australia bisa mencapai bobot 600-700 kg per ekor.
"Tapi rendemen bagus, itu yang dicari. Harga sekarang (sapi lokal) lebih murah dari impor. Kalau sapi kecil, rendemen kecil. Rendemen sapi lokal 45-47% (jadi karkas). Sometimes 50%, kalau sapi impor 50%.
Rendemen sendiri berarti jumlah karkas (daging dan tulang) yang bisa didapat dari satu ekor yang disembelih. Artinya bila bobot sapi 400 kg, maka dengan rendemen 50%, karkas yang dihasilkan yakni 200 kg.
"Kenapa Dharma Jaya melaksanakan?, Rugi enggak? Enggak rugi, tapi tidak untung banyak," tandas Marina. (dtc)