Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. PT PLN (Persero) menggelar acara Learning, Innovation, Knowledge & Exhibition (LIKE) di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Selasa (17/10/2017). Dalam acara itu, PLN memamerkan ratusan bentuk inovasi yang telah dibuat.
Salah satunya ialah alat teropong bunyi (Tebu) yang dihadirkan oleh PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Tebu merupakan alat yang berfungsi mendeteksi adanya gangguan di jaringan listrik.
Account Eksekutif Perencanaan Sistem Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) PLN wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Bagdhad Mushanif, menjelaskan Tebu dibikin untuk menjawab tantangan pekerja PLN di lapangan dalam mencari gangguan pada jaringan listrik.
"Jadi bagaimana kita melakukan pengecekan di lapangan, misalnya ada jaringan listrik yang sobek, itu bisa ketahuan dengan alat ini," jelas Bagdhad kepada detikFinance di lokasi, Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Mudahnya, Bagdhad menerangkan, alat yang berbentuk menyerupai antena televisi kecil ini bisa digunakan untuk mencari sumber gangguan yang sulit terlihat oleh kasat mata biasa.
Sebagai contoh, bila di suatu jaringan listrik atau kabel listrik mengalami gangguan karena sobek atau gangguan lainnya, maka alat ini bisa menemukan sumber kerusakan yang terjadi.
"Contoh gampangnya, kalau ada kabel televisi di rumah itu korslet, misalnya sobek. Kita sulit mencari di mana bagian yang sobek, nah itu bisa ditemukan dengan alat ini," jelasnya.
Alat ini bisa mendeteksi suatu gangguan kelistrikan dari suara yang diterima. Bila kuping manusia, hanya dapat menangkap frekuensi suara maksimal 20.000 hertz (HZ), namun alat yang diberi nama Tebu ini bisa menangkap frekuesi hingga di atas pendengaran telinga manusia.
"Jadi kalau misalnya dokter itu dengar jantung pakai stetoskop, nah kalau kita pakai mesin Tebu ini," jelasnya.
Dengan menggunakan alat ini, para pekerja lapangan PLN dapat melakukan efisiensi dalam melakukan pekerjaannya. Bila sebelumnya hanya benar-benar mengandalkan panca indra seperti penglihatan manusia membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk menemukan sumber masalah, namun dengan alat ini bisa lebih cepat menjadi 30 menit.
"Jadi kita cuma tinggal arahkan alat ini ke jaringan-jaringan listrik, nanti bakal ketahuan dimana yang rusak atau ada gangguan. Jadi kalau aliran listrik itu normal biasanya cuma 40 desible (dB) ke bawah, tapi kalau ada kejanggalan itu di atas 40 dB, nanti terbaca di aplikasi. Jadi lebih mempermudah," pungkasnya.
Untuk saat ini, alat deteksi ini hanya digunakan oleh PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Namun, untuk ke depannya, Bagdhad sebagai penemu Tebu berencana untuk mengkomersilkan penemuannya ini."Tapi kalau sekarang hanya kita yang gunakan dulu," jelasnya. (dtc)