Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan suara 41,2%
dan Prabowo Subianto 21% jika pilpres dilakukan saat ini. Tren pemilih
keduanya yang menurun diduga akan berimbas pada suara ke calon
alternatif.
"Survei ini memperlihatkan benar bahwa Pak Jokowi nomor 1, dengan 41%.
Pak Prabowo nomor 2, dengan 21%," kata Direktur Polmark Indonesia Eep
Saefullah Fatah di restoran Batk Teras Kuring, SCBD, Jakarta Selatan,
Minggu (22/10/2017).
Survei Polmark ini dilakukan terhadap 2.250 responden yang tersebar di
32 provinsi. Survei dilakukan pada 9-20 September 2017 dengan metode
multi stage random sampling dengan margin of error +/- 2,1%.
"Tapi ketika ditelusuri lebih lanjut, ada beberapa catatan. Pertama,
ketika dibandingkan dengan pilihan responden survei kami pada 2014
ternyata pak Jokowi maupun Prabowo mengalami penurunan pemilih,"
ujarnya.
Menurut Eep, penurunan pemilih keduanya bisa dimaknai secara negatif.
Berdasarkan hasil survei itu, banyak pemilih yang belum mantap kepada
Jokowi dan Prabowo.
"Artinya kemungkinan perpindahan mereka masih terbuka. Kemudian ketiga
untuk variabel waktu, 2019 masih cukup lama. Makanya saya katakan,
harus hati-hati kalau Pak Jokowi dan Prabowo karena bisa jadi akan
muncul calon alternatif dari situasi yang sangat situasional saya
katakan tadi," terangnya.
Dikatakannya, keuntungan Jokowi saat ini adalah dirinya masih memimpin
pemerintahan. Hal ini berimbas pada kerugian di pihak Prabowo yang
tidak mendapatkan kursi Presiden.
"Pak Prabowo mendapatkan kerugian karena tidak memerintah, sehingga
orang melihat tidak buktinya. Karena itu, mereka yang mengatakan
memilih Jokowi dengan kinerja yang baik itu paling signifikan karena
itu berarti pak Prabowo tidak bisa membuktikan kinerjanya membuat dia
tidak punya daya tarik elektoral,"ucapnya.
Dia mengatakan survei ini dapat dijadikan peta dasar untuk pilpres
2019. Ada beberapa calon alternatif, namun angka elektoralnya dianggap
masih sangat kecil.
"Masalahnya angka mereka memang belum signifikan sehingga saya tidak
memaksakan diri dengan mengatakan saudara-saudara sekalian ini ada
kuda hitam, nggak bisa. Makanya kita tidak bisa simpulkan buru-buru,"
ujar Eep.
Ada sejumlah nama baru yang masuk di bursa pilpres. Nama-nama itu
telah muncul sejak beberapa waktu belakangan ini. Seperti Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, hingga Panglima TNI
Jenderal Gatot Nurmantyo. dtc