Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banyuwangi. Pagelaran Festival (B-fest) yang digelar Pemkab Banyuwangi rupanya menginspirasi desa-desa untuk menunjukkan potensinya. Mereka berlomba-lomba mengemas sebaik mungkin potensi daerahnya, mulai dari tradisi, budaya dan destinasi wisatanya dalam satu pertunjukan.
Salah satunya adalah Desa Balak Kecamatan Songgon Banyuwangi. Mereka menggelar Pagelaran Jenang Suro. Beragam acara dilakukan dalam pagelaran itu. Mulai dari pembuatan jenang suro, ritual dan kirab jenang suro hingga makan jenang suro gratis.Selain itu ada pertunjukan pentas budaya, musik dan tari tradisional, kontemporer, world music kolaborasi seniman tradisional dari desa-desa Banyuwangi dan seniman manca negara. Ada juga sarasehan budaya serta pameran hasil UMKM masyarakat desa seperti produk kopi duren.
"Banyuwangi Festival telah menggerakkan perekonomian masyarakat. Dan saat ini masyarakat sudah bisa mengemas sebuah event untuk mengangkat potensi. Acara tradisi dan budaya semakin bagus dan wisatawan juga diajak terlibat dalam even itu," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas kepada detikcom, Selasa (24/10/2017).
Sementara Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Banyuwangi, MY Bramuda mengatakan masyarakat desa bersama pergerakan HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya) berusaha menghidupkan kembali tradisi-tradisi tua di Desa Balak. Acara ini di gelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu (21-22/10) lalu. Tradisi itu sebagian telah surut, namun jejaknya masih bisa ditelusuri.
"Tradisi ini sudah lama tidak dilakukan. Dan dihidupkan kembali dengan kolaborasi antara pemuda desa dan Hidora. Untuk tahun depan akan ada perubahan-perubahan strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terkait dengan pelaksanaan Banyuwangi Festival, diharapkan Banyuwangi Festival 2018 akan lebih dikonsentrasikan pada desa-desa yang berpotensi," ujarnya.
Hidora (Hiduplah Indonesia Raya) adalah sebuah pergerakan yang mulanya berupa komunitas pendampingan secara swadaya di 20-an desa dan kampong di Kabupaten Banyuwangi dalam pengembangan potensi desa melalui aktivitas wisata desa (bukan desa wisata), pengembangan UMKM, dan pelatihan-pelatihan untuk pemuda dan warga desa.
Ketua Hidora, Tri Andri PN, menyampaikan tentang bagaimana Pagelaran Jenang Suro ini menjadi titik awal bagaimana warga desa Balak bisa bergotong-royong untuk menggali dan menguri-uri kebudayaan, sejarah, kearifan lokal, dan alam beserta lingkungan hidup yang ada di Desa Balak.
"Bila ini semua terjaga, maka salah satu dampak turunannya adalah itu semua bisa dikembangkan menjadi potensi pariwisata desa," tambahnya.
Pembuatan jenang suro dilakukan warga dengan menggunakan wajan atau panci yang sangat besar. Mereka mengaduk beramai-ramai dengan pengaduk besar seperti dayung perahu. Dalam proses ini muncul semangat gotong-royong, kebersamaan, kekompakan, tolong-menolong, jiwa berbagi, dan lainnya.
Pada pembuatan jenang suro dan jenang sapar ini, para seniman mancanegara yang hadir di Desa Balak ikut terlibat bersama warga dalam proses memasak, mengaduk jenang di wajan-wajan besar menggunakan pengaduk panjang seperti dayung, dan ikut membantu menyajikannya di takir-takir. Sebelum dibagikan ke masyarakat, jenang suro dan jenang sapar itu diarak keliling desa, sebagai simbol bersih Desa Balak Kecamatan Songgon. (dtc)