Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Semarang - Suasana duka menyelimuti keluarga Edi Hermanto (56) dan Stefana Ida Ernani (53), warga Dusun Tarukan, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Puri keduanya, Rara Sitta Stefanie (28), yang karyawati BNI Pematang Siantar tewas saat kejar penjambret di Pematang Siantar Rabu (25/10).
Suami korban, Hendry Kukuh Baskoro (30), saat ditemui mengatakan, Rara yang dikenalnya sejak sama-sama kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, tersebut kemudian dinikahi pada April 2015.
"Saya kebetulan kuliah di Psikologi, Rara ini kuliah di Pertanian. Saya pingin kamu (Rara) jadi ibu buat anak-anak," kata Kukuh, Jumat (27/10/2017).
Kukuh yang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta bercerita mendapat kabar tentang istrinya saat menengok salah satu temannya operasi, Rabu (25/10) malam. Dia ditelepon dari Imam, pimpinan BNI di Pematang Siantar.
"Pak Imam menanyakan apa benar suami Mbak Rara. Terus menyampaikan, mohon maaf duka cita, Mbak Rara kecelakaan meninggal dunia," ujarnya.
Malam itu, Kukuh terus bergegas pulang menuju rumahnya di Bekasi, kemudian keesokannya ikut penerbangan pertama menuju Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Sedianya, Kukuh diminta menunggu di Jakarta. Namun tetap berangkat untuk menjemput buah hatinya, Ignatius Dirga Manggala yang berusia 1 tahun, 9 bulan.
"Saya pagi terus menuju Kualanamu untuk Rara dan Dirga," ujarnya.
Ia mengakui, sebelum kejadian penjambretan tersebut, sekitar pukul 19.30 WIB, sempat mengirim pesan melalui WhatsApp. Ketika itu, Kukuh menyampaikan pesan jika dia telah mengirim uang via transfer di rekening Rara dan Dirga.
"Terus sempat balas, kok nggak di rekening Rara saja, biar nanti Rara yang bagi. Namun setelah itu, nggak ada balasan pesan WhatsApp lagi," tuturnya.
Jenazah Rara dari Medan diterbangkan menuju Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Kamis (26/10), kemudian dari Yogyakarta menuju Bandungan dibawa menggunakan ambulans.
"Sampai sini semalam, setelah ibadah terus dimakamkan di pemakaman umum dusun. Setelah menerima kabar, keluarga sini minta dibawa ke Bandungan," kata dia.
Atas kejadian tersebut, Kukuh, berharap pelakunya bisa ditangkap dan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Dalam kesempatan yang sama, mertua Rara, Abraham Bronto (54) bercerita tentang sosok menantunya.
"Saat pulang itu, Rara minta restu dan doa agar segera pindah di Jakarta. SK-nya sudah turun, nanti penempatan mulai bulan Desember 2017," kata Abraham.
Menurutnya, keluarga di Jakarta terakhir bertemu pada saat awal Oktober lalu.
"Biasanya kalau pulang ke Medan, Kukuh atau istri saya yang mengantarkan. Tapi, pas kembali saat awal Oktober itu hanya Rara dan Dirga," ujarnya.
Lain halnya dengan kakak Rara, Gregorius Lintang (32). Ia memperoleh kabar Rara meninggal dari adiknya, Titi Mayang Grabiela (24).
"Sekitar pukul 21.00 WIB, Rabu (25/10), dikabari adik," ujar Lintang, yang bekerja di bidang pertambangan di Manado.
Untuk itu, ia keesokan harinya kemudian terbang menuju Semarang dan sampai di rumahnya Bandungan, sekitar pukul 16.00 WIB.
"Rara ini orangnya tegas, disiplin dan tertib. Kami kebetulan punya grup Whatsapp keluarga, kalau ada masalah soal keuangan harus dijelaskan sedetail-detailnya," ujar Lintang.
Lintang mengaku, sering berkirim pesan melalui Whatsapp di grup keluarga. Namun demikian, jika pembicaraan terakhir dengannya perihal pajak sepeda motor yang dibawa menuju Pematang Siantar dari Yogyakarta. Kemudian untuk keluarga besarnya terakhir berkumpul pada saat Natal 2016, lalu. Ketika itu, semua bisa berkumpul.
"(komunikasi) Terakhir cuma bilang soal pajak motor di Yogya. Terus, mau nitip sama bapak," katanya.
Atas kejadian yang menimpa Rara, Lintang, mengatakan, secara pribadi telah mengikhlaskan kepergiannya.
"Kalau petugas mau mengusut kasusnya ya silakan. Kami mengikhlaskan, adik telah berpulang," katanya.dtc