Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berbicara pada Kuliah Akbar Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme persis pada peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89, Sabtu (28/10/2017) ,di Stadion Teladan Medan, Menkumham Yasonna Laoly mampu memukau ribuan mahasiswa yang hadir.
Terutama yang menjadi penekanan Yasonna dalam materi kuliahnya yang turut diikuti Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw dan Walikota Medan Dzulmi Eldin tersebut adalah tentang begitu beragamnya bangsa Indonesia dari berbagai perspektif; etnis, budaya, agama dan tentu saja bahasa. Perbedaan itu menyebar dari Miangas hingga Rote, dari Sabang sampai Merauke.
Kata Yasonna yang juga pernah duduk sebagai anggota Komisi II DPR RI dari PDI Perjuangan, Yang Maha Kuasa menakdirkan Indonesia pluralistik. Tuhan bisa saja menciptakan semua orang Indonesia satu Sarma; hitam atau putih. Sama halnya dengan bumi, jika Tuhan menginginkan, tidak ada gunung atau sungai. Semuanya pasti seperti di planet lainnya. Akan tetapi jika itu terjadi tidak akan ada lagi keindahan di dunia ini.
"Bunga itu Indah karena berwarna-warni; ada putih, merah, hijau, kuning, biru dan sebagainya. Keindahan itu hadir justru karena adanya perbedaan," tegas Yasonna.
Oleh sebab itu, terang Yasonna, walaupun Indonesia ditakdirkan Tuhan heterogen dan berbhinneka, seharusnya tetap bersatu. Keinginan untuk bersatu itulah yang membuat Indonesia tercipta. Ditambah perasaan senasib sepenanggungan. Sebab bersatu saja tidak cukup.
Oleh founding father bangsa ini yakni Soekarno, ujar Yasonna, pernah disebutkan bahwa dalam kebhinnekaannya Indonesia ditakdirkan menjadi bangsa yang besar.
"Itulah sebabnya kenapa kita harus menghindari bangsa ini tercabik-cabik oleh tindakan radikalisme dan intoleran. Seluruh bangsa harus bersatu untuk maju bersama-sama," kata Yasonna yang kemudian disambut dengan teriakan gembira oleh para mahasiswa.
Kuliah Akbar diprakarsai oleh rektor-rektor sejumlah perguruan tinggi di Medan. Tujuannya agar para mahasiswa dan pemuda menyadari betapa berbahaya radikalisme jika dibiarkan tumbuh.
Kuliah akbar dihadiri sekitar 15.000 mahasiswa dari 82 perguruan tinggi yang kebanyakan diantaranya berdiri di Medan.