Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Yogyakarta. Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta memperingati hari Sumpah Pemuda ke 89 di Stadion Mandala Krida. Mereka mendeklarasikan menolak intoleransi dan radikalisme.
Turut hadir dan memberikan orasi, Gubernur DIY yang juga raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, anggota Forkopimda DIY dan pimpinan perguruan tinggi se DIY. Ribuan mahasiswa yang hadir itu dari 60 kampus di seluruh DIY.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyampaikan orasi kebangsaan dihadapan ribuan mahasiswa. Sultan HB X menyampaikan tentang kondisi bangsa saat ini yang bertolak belakang dari semangat ikrar sumpah pemuda yang terjadi 89 tahun lalu. Bahkan kini menuju titik api perseteruan.
Sultan mengatakan Sumpah Pemuda adalah ikrar para pemuda menyatakan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia. Tetapi semangat yang dibangun dengan spirit proklamasi dan gagasan indah tentang masyarakat yang damai, adil dan makmur, kini terancam menuju titik api perseteruan yang merintihkan suara kepedihan.
"Kini, rakyat terus bertanya, mengapa rasa damai selalu terusik oleh radikalisasi dan intoleransi. Sampai kapan hujatan, kebencian dan kekerasan yang dibalut kebohongan itu terhenti oleh nurani," katanya.
Sultan juga mempertanyakan mengapa bumi nusantara yang bhinneka ini selalu bergolak tersulut oleh mereka yang mendua hati. "Bukankah kita dambakan harmoni bukan antagoni, damai daripada bertikai. Andaikan sejarah cermin rujukan, bukankah setiap kita adalah satu hati bagi NKRI," katanya.
Sementara itu Ketua Steering Commitee Deklarasi Kebangsaan Civitas Akademia, Pardimin, PhD seusai acara mengatakan tujuan utama dari deklarasi ini adalah menegaskan kembali UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI sebagai pilar utama dengan Pancasila sebagai landasannya.
"Kami menyerukan kepada masyarakat untuk senantiasa mengedepankan sikap persaudaraan dan cinta damai meskipun beda agama, suku, ras, dan golongan," katanya.
Hal senada juga dingkapkan Organizing Commitee Agus Bintoro bahwa benih-benih radikalisme tumbuh subur di kampus-kampus di DIY.
"Jangan berikan sedikit pun mereka kesempatan untuk merongrong ideologi kita," tegasnya.
Rosyana, mahasiswi Universitas PGRI Yogyakarta mengungkapkan memaknai Sumpah Pemuda ini adalah bagaimana bisa menghargai perbedaan suku, agama dan lainnya. Ia juga merasakan toleransi yang mulai berkurang.
"Toleransi sekarang kurang, mungkin karena sekarang itu sikap individualnya tinggi," katanya.
"Jangan hanya koar-koar di medsos isi sumpah pemuda ini. Tapi harus dengan hal-hal yang nyata seperti tidak korupsi, belajar yang bener," kata Sarah, salah satu nahasiswi UII Yogyakarta. (dtc)