Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Danau di atas danau, begitulah Danau Sidihoni dijuluki. Danau seluas 5 hektar ini berada di Desa Sabugan Nihuta, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Dari Pangururan, ibukota Samosir, danau ini berjarak kurang lebih 8 kilometer, atau sekitar 30 menit perjalanan dengan motor. Sedangkan dari Tuktuk Siadong, danau ini berjarak kurang lebih 40 kilometer. Untuk sampai ke sana, seseorang hampir memutari setengah Pulau Samosir.
Sudah sejak lama Danau Sidihoni diperkenalkan ke publik sebagai salah satu tourism spot di Samosir. Namun hingga kini, pengembangan objek wisata ini dianggap belum maksimal.
Aksesibilitas ke danau ini masih kurang baik. Jalan menuju lokasi belum seutuhnya beraspal. Begitu pula dengan sarana penginapan yang nyaris tidak ada. Walau begitu, jika ingin bermalam, pengunjung bisa bermalam di rumah penduduk.
Daya tarik Danau Sidihoni adalah suasana sekitarnya yang sejuk dan nyaman. Pemandangan di sekitar danau semakin menawan, karena danau ini dikelilingi oleh bukit landai berwarna hijau muda dan deretan pohon pinus.
Danau Sidihoni berada di antara padang rumput savana yang membuat danau ini terasa lebih eksotis. Tidak heran bila Danau Sidihoni dengan kawasan padang rumput yang mengililinginya itu, kerap dijadikan areal terbuka tempat bermain anak-anak.
Meski begitu, penduduk dilarang berenang sampai ke tengah danau, termasuk memandikan kerbaunya ke danau ini.
Sekadar informasi, danau ini pernah dimanfaatkan sebagai tempat pemandian kerbau. Sehingga airnya menjadi kotor. Danau ini bahkan sempat terlihat seperti kubangan kerbau. Namun sejak ada larangan, airnya mulai kembali bersih.
“Dulu sering ada kerbau yang tenggelam di tengah danau. Padahal kerbau dikenal mahir berenang. Masyarakat pun yakin dengan penghuni danau ini,” kata Boido Rajagukguk, warga Pangururan kepada medanbisnisdailycom, belum lama ini.
Menurut penelitian, danau ini dulunya kawasan hutan dan rawa-rawa. Karena pohon-pohon itu ditebangi membuat tanah di sekitarnya mengalami longsor. Lambat- laun berubah menjadi cekungan yang berisi air.
Dalam sejarahnya, danau ini juga pernah mengalami kekeringan hebat. Antara lain terjadi pada tahun 1943, 1958 dan 2004 saat tsunami Aceh terjadi.
Biasanya kekeringan itu terjadi karena adanya lubang-lubang baru yang terbentuk di dasar danau sehingga menyerap air. Misalnya pada 2004, dasar di pinggiran danau sempat tergerus dan membentuk lubang besar berdiameter 5 meter.
“Untuk mengantisipasi air tidak “bocor”, masyarakat bergotong royong menutup lubang itu,” tutur Boido.
Masyarakat juga percaya dengan adanya lubang besar di sebelah timur danau. Lubang itu diyakini tembus hingga bagian danau di Ambarita, Kecamatan Simanindo, Samosir.
Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erwin Landy, seorang peneliti dan praktisi pertanian dari USU yang sudah puluhan tahun meneliti tipografi tanah Samosir.
Disebutkan Erwin, di perut Pulau Samosir ada sungai bawah berupa jalur rekahan dari peristiwa ledakan Gunung Toba. Bila terjadi gempa akan membuat tanah di atasnya berguguran. Karenanya, tipografi dasar tanah di Pulau Samosir itu terdapat banyak sumur-sumur. Tidak heran bila ada kalanya Samosir mengalami kekeringan meskipun curah hujan sedang tinggi.
“Di bawah Samosir itu ada jalur rekahan dari peristiwa geologis ledakan Gunung Toba. Ia berupa sungai bawah tanah,” kata Erwin yang telah berpuluh tahun melakukan penelitian di Samosir .
Danau di Atas Danau
Sebenarnya ada sejumlah danau yang ada di Samosir. Selain Sidihoni ada juga Danau Aek Natonang di Kecamatan Simanindo. Selain itu juga ada danau yang disebut Aek Parohan yang juga di Kecamatan Ronggur Nihuta. Tidak seperti Danau Sidihoni, kawasan Aek Porohan masih dipenuhi rumput tebal dan terkesan masih berupa rawa-rawa.
Di masa lalu, sebelum Ludwig Ingwer Nommensen mengkristenkan wilayah Batak, masyarakat Salaon Toba sering menggelar ritual minta hujan di Aek Porohan. Warga masuk ke dalam danau dan saling menyiram air dengan tangan, atau marsidombur.
Sampai kini, Danau Sidihoni menjadi satu dari sekian banyak destinasi wisata yang ada di Samosir. Keberadaannya terus dikembangkan oleh pemerintah setempat sebagai salah satu geosite Geopark Kaldera Toba area Samosir.