Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masih ingat dengan lagu “Tangis Ni Sikola Minggu” yang dibawakan Romyana Sihotang? Lagu yang pernah hits di tahun 90-an itu bercerita tentang kesedihan salah seorang anak sekolah minggu karena guru sekolah minggu mereka tidak juga datang. Padahal hari sudah menjelang siang. Dan anak-anak sekolah minggu itu harus kembali ke rumahnya masing-masing.
Di masanya, lagu ini termasuk sukses di pasaran. Dan paling sering ditayangkan di televisi dan radio-radio, terutama pada hari Minggu.
Penciptanya adalah Posther Sihotang. Belakangan Posther Sihotang lebih dikenal sebagai parsulim (peniup seruling) uning-uningan. Di antara pemusik tradisi Batak Toba lainnya, Posther terbilang paling produktif membuat album, berupa aransemen ulang reportoar musik Batak Toba. Di antaranya bertajuk “Di Tipa Utang” “ Si Utte Manis” “Embas-embas” “Gondang Sipaidua” “Jamila” dan sebagainya.
Beberapa reportoar ada yang ia ciptakan sendiri, salah satunya “Di Tipa Utang” yang pernah hits di tahun 2000-an. Reportoar ini juga ia gubah dalam bentuk lagu yang juga menjadi hits di periode tahun yang sama. Selain itu, Posther juga banyak menggubah lagu-lagu gereja dalam bentuk uning-uningan. Salah satunya lagu “Arbab”.
Meski multitalenta, Posther sering mengakui bahwa spesialisasinya adalah peniup sulim (seruling). Kelincahan serta kreativitasnya mengaransemen ulang reportoar-reportoar lewat sulimnya itu, menjadi ciri khas musiknya. Tidak heran bila di antara sesama pemusik tradisi Batak Toba, Poshter pun dijuluki sebagai “Seruling Maut”.
Walau tergolong senior, tetapi Posther Sihotang tidak sungkan berkolaburasi dengan pemusik tradisi yang lebih muda umurnya. Hal itu diakui musisi tradisi Batak Toba, Martogi Sitohang kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (2/11/2017). Diakui “Seruling Sang Guru” ini, Posther adalah sosok yang rendah hati.
“Dia seorang musisi yang bisa melebur dengan siapa saja. Baik kepada yang muda maupun yang di atasnya. Kepada yang muda dia suka memberi masukan, “ aku Martogi.
Ditambahkan Martogi, Posther telah berjasa kepada musik tradisi Batak Toba. Selama hidupnya ia mengabdi, baik melalui musik uning-uningan maupun lagu-lagunya yang pop Batak.
“Kita kehilangan sosok pemusik tradisi yang patut dijadikan teladan. Meski kehilangan, saya yakin karya-karyanya akan tetap hidup di setiap hati pecinta musik tradisi Batak Toba,” akhir Martogi.
Seperti diinformasikan sebelumnya, Posther Sihotang meninggal dunia, Kamis (2/11/2017). Sebelumnya ia sempat dirawat di RS Tugu Tanjung Periok, Jakarta. Tidak pasti apa sakit yang dideritanya. Namun menurut kerabatnya, Hardoni Sitohang, belakangan Poshter suka membawa obat setiap kali berpergian.