Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Entah karena alasan apa Orni SPd (57) yang biasanya pulang dari sekolah seusai mengajar di SD Negeri di kawasan Titi Bobrok, Medan, dengan menggunakan angkot, namun pada Kamis (2/11/2017) menumpang beca bermotor (betor).
Itulah awal malapetaka yang kemudian menimpa guru yang juga menjabat kepala sekolah tersebut. Saat itu sekira pukul 12.30 WIB, sebuah sepedamotor matic yang dikendarai dua orang lelaki muda memepet betor yang ditumpanginya. Lalu terjadi aksi tarik-menarik antara Orni yang berusaha mempertahankan tas miliknya yang hendak dijambret atau dirampok.
Namanyalah ibu tua, dia kalah bertarung dengan kedua anak muda yang kemudian diketahui berinisial RW (19) dan BP (21). Alih-alih mampu mempertahankan tasnya, dia malah jatuh tersungkur jatuh dari betor yang ditumpanginya.
Di kawasan ramai lalu lintas di Jalan Sunggal, dekat kantor direksi PTPN 3, disitulah Orni jadi korban kekejaman begal, pencurian dengan kekerasan atau curas.
Oleh suaminya, Darwis (59), Orni kemudian dilarikan ke RS Marta Friska. Setelah di-rontgen, diketahui nenek dua cucu itu mengalami patah tulang. Akibat terantuk aspal tulang bahunya patah. Hal yang sama terjadi pula pada tulang tangan kanan dan kirinya, patah.
"Dari RS istri saya langsung kami bawa ke dukun patah tradisional di Pasar 6 Helvetia, di sana dia rawat inap sampai hari ini," ujar Darwis, yang hadir di RS Bhayangkara Medan saat Wakil Kapolrestabes AKBP Tatan Dirsan memaparkan keberhasilan kepolisian mengungkap tindak kejahatan curas RW dan BP, Senin (6/11/2017).
Kritis, itulah kondisi yang dialami Orni. Di tempat perawatan dukun patah dia hanya bisa terbaring. Hanya kakinya yang bisa bergerak. Sedikit saja bergoyang, dari panggul ke atas Orni akan kesakitan. Makan dia harus disuapi. Dengan botol kemasan air mineral yang dipasang pipet plastik penyedot, dia baru bisa minum.
"Kami pasang pempers untuk menampung kalau buang air karena dia tak bisa bergerak," kata Darwis didampingi menantunya Joko yang merupakan kameramen di salah satu televisi berita swasta.
Oleh dukun patah yang mengobatinya, ujar Darwis, Orni baru akan pulih dalam waktu tiga bulan. Putri sulungnya sudah melapor ke UPT Dinas Pendidikan Medan Sunggal agar Orni diberi kompensasi karena derita yang dialaminya.
"Istri saya baru akan pensiun tiga tahun lagi," kata Darwis yang merupakan pensiunan tenaga sekuriti.
"Untungnya, pihak kepolisian berhasil membongkar kejahatan RS dan BP. Keduanya ditembak mati dua hari lalu (5/11/2017) saat polisi dari Unit Reskrim Polsek Sunggal dan Satreskrim Polrestabes melakukan pengembangan penyidikan.
Meski berusia belia, puluhan kasus perampokan dengan kekerasan pernah dilakukan RW dan BP.
"Total sudah ada 41 pengaduan tindak curas yang pernah mereka lakukan, kebanyakan di wilayah Medan Sunggal," kata Tatan.
Orni menjadi korban terakhir penjahat muda RW dan BP.
"Terima kasih kepada bapak-bapak polisi yang berhasil menangkap pelaku dan membongkar kasus perampokan terhadap istri saya," kata Darwis.
Semoga tak ada lagi korban jatuh sebagai akibat aksi begal di Kota Medan. Berharap besar Orni jadi yang penghabisan.