Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Da Nang. Transaksi belanja digital atau online kini kini merebak di mana-mana. Hal ini ditandai dengan munculnya sejumlah e-commerce yang ada, yang menawarkan kemudahan dalam berbelanja apapun mulai dari belanja pakaian, makanan, hingga booking hotel atau tiket penerbangan.
Namun hal ini patut diwaspadai oleh pasar produk dalam negeri, khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM) yang diketahui masih banyak yang belum memanfaatkan digitalisasi dalam memasarkan produknya. Pasalnya, mayoritas dari produk yang didagangkan secara digital tersebut diketahui berasal dari luar negeri.
"Saya harus sampaikan bahwa untuk ini kita harus berhati-hati. Sebab ini (transaksi digital) satu keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Ini membantu UKM dalam mereka melakukan transaksi dagangnya," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela acara pertemuan bilateral yang dihadirinya di Furama Ressort, Da Nang, Vietnam, Kamis (9/11).
"Tapi pertanyaannya adalah, penjualan online itu berapa persen produk luar yang dijual? 90%. Kita tanya misalnya Lazada atau Blibli dan lainnya, berapa persen jual produk luar negeri? Mungkin bisa sampai 90%. Apakah itu kita batasi? Kita tidak bisa membatasi dan kita tidak dalam posisi itu. Itu akan jadi persoalan besar. Karena kita kan bebas (perdagangannya). Apa kita enggak harus lebih berhati-hati?" sambungnya.
Untuk itu, industri kecil menengah ini harus segera didorong dan dipersiapkan agar dia bisa lebih bersaing. Pasalnya, dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, Indonesia tak mungkin bisa membatasi masuknya produk-produk dari luar. Namun di lain hal, Indonesia dengan 258 juta penduduknya, merupakan pasar yang menarik.
"Apakah kita harus larang? Tidak. Kita juga tidak mungkin menghentikan, melarang dan mengambil langkah drastis seperti itu," tutur Enggar.
Namun di saat yang bersamaan, tren layanan e-commerce dan marketplace yang tengah tumbuh dan berkembang di Indonesia justru harus terus didorong demi terwujudnya ekonomi digital yang juga bisa menguntungkan pasar ekspor produk lokal.
"Sebagian mengatakan ya inilah dunia. Tapi manakala negara-negara tertentu, mereka menjaga perdagangannya, kecenderungan proteksionisme itu ada, kita tidak berada pada posisi rezim itu. Kami tidak menganut itu. Tetapi yang kami harus jaga adalah jaga industri dalam negeri, jaga produksi dalam negeri dan pemerintah harus hadir di dalam melindungi UKM kita, yang harus juga sama-sama dorong," ucap Enggar.
Indonesia sendiri mau tak mau harus ikut bermain dalam tren yang saat ini akan terus meningkat pertumbuhannya. Karena kalau tidak, justru Indonesia akan tertinggal dari negara lain.
"Jadi kalau dilihat siapa yang mengkonstelasi itu, itu sesuatu yang game. Tapi kita harus hati-hati dengan game ini. Sebagian kita sudah siap, tapi sebagian lagi belum tentu siap. Tapi kita harus siap. Itu yang kita sedang ikutin terus. Teman-teman pengusaha juga sedang ikutin semuanya. Dan pemerintah mengambil perhatian betul untuk menata tanpa kita menghentikan. Enggak bisa kita hentikan," tandasnya.(dtf)