Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Nama Williem Iskandar sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Kiprahnya dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi. Jauh sebelum pendidikan modern dikenal di nusantara Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara lewat Taman Siswa, 1922, Williem Iskandar telah lebih dulu mendirikan sekolah berbasis pendidikan modern.
Sekolah itu disebut Kweekschool Voor Inlandsche Onderwijers Tano Bato (1862-1874) di Mandailing. Lewat sekolah itu, Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, yang berbasis penalaran, idealisme dan semangat pembaruan.
Williem adalah pelopor pendidikan modern dari Mandailing, Sumatera Utara. Kiprahnya terhadap proses pembentukan Indonesia sangat besar. Selain mengajari anak-anak ia juga membuka sekolah untuk calon guru.
“Di usia muda 15 tahun, ia telah menjadi guru yang juga “mencetak” para guru,” kata Direktur Literasi Sumatera Utara, John F Siahaan kepada medanbisnidaily.com, Kamis (9/11/2017).
Menurut alumni sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) ini, Williem Iskandar merupakan sosok pemikir yang memiliki semangat nasionalisme tinggi.
“Ia menimba pendidikan di Belanda dan kemudian menerapkannya di Mandailing, kampung halamannya. Itu satu bukti ia tidak lupa dengan kampung asalnya,” jelas John.
Dijelaskan John, di usia muda, Williem telah menjadi tokoh pendidikan yang banyak berkontribusi bagi dunia pendidikan di Mandailing. Demi memenuhi hasratnya dalam bidang pendidikan, pada 1857 ia berangkat ke Belanda untuk melanjutkan sekolah. Kemudian, 1874 untuk kedua kalinya ia pergi ke Belanda untuk memperoleh ijazah sebagai guru kepala.
“Kehidupan Williem Iskandar boleh dibilang dihabiskan untuk mengajar, sekaligus mencetak guru-guru di Mandailing,” jelas John.
Ironis
Kehidupan Williem Iskandar disebut-sebut penuh ujian. Ia lahir pada Maret 1840 di Pidoli Lombang, Tapanuli Selatan. Nama kecilnya Sati. Ia anak bungsu Raja Tinating, Tapanuli Selatan.
Gelar yang disandangnya adalah Sutan Iskandar. Nama itu kemudian berganti menjadi Williem Iskandar setelah ia dibaptis menjadi Kristen di Arnhem, Belanda 1858. Williem adalah generasi ke 11 dari klan Nasution. Ia anak bungsu dari empat bersaudara.
Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan, ia juga sastrawan yang banyak menulis puisi dalam bahasa Mandailing. Williem menikah dengan perempuan Belanda, Maria Jacoba Christina Winter, 27 Januari 1876. Disebut-sebut usia pernikahannya hanya 103 hari dan tidak mempunyai keturunan.
Sejumlah sumber menyebut pernikahan itu telah membuat hidupnya menderita. Penderitaan yang kemudian ia akhiri dengan menembakkan pistol di kepalanya.
Williem Iskandar atau Sati Nasution adalah pelopor pendidikan modern Indonesia dari Mandailing