Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Jokowi Bicara Keseimbangan Pilar Ekonomi Liberal di APEC Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) adalah forum ekonomi yang berhaluan liberal bertujuan menciptakan perdagangan bebas. Di sisi lain, ada gejala proteksionisme yang membatasi perdagangan bebas demi melindungi keselamatan negara sendiri. Ada di sebelah mana haluan ekonomi Indonesia?
Di forum APEC hari terakhir, Jokowi berbicara, tepatnya pada sesi 'Working Lunch' APEC, di Intercontinental, Da Nang, Vietnam, Sabtu (11/11).
Dia mengemukakan perihal ketimpangan pendapatan yang ada di negara-negara anggota APEC. Padahal, peningkatan kesejahteraan dan penurunan kemiskinan juga sudah tercatat.
Ketimpangan terjadi, menurut Jokowi, karena kemajuan pembangunan masih belum merata. Inilah yang menyebabkan munculnya gejala proteksionisme yang anti-globalisasi. Jelas, sikap proteksionisme menyalahi komitmen APEC yang pro-perdagangan bebas.
"Apabila tidak diperbaiki maka situasi tersebut (ketimpangan pendapatan yang kronis) akan menyebabkan suburnya pemikiran dan gerakan proteksionisme serta anti-globalisasi yang meluas," kata Jokowi sebagaimana tercantum dalam keterangan resmi dari Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, yang berada di Da Nang.
Sikap anti-globalisasi berarti berlawanan dengan komitmen Bogor Goals yang diteken para anggota APEC tahun 1994, saat itu Indonesia masih dipimpin Presiden Soeharto. Sampai saat ini, Bogor Goals masih dipegang sebagai tujuan negara-negara anggota APEC.
Bogor Goals adalah 'ikrar' mewujudkan perdagangan serta investasi yang bebas dan terbuka pada 2010 untuk negara industri, dan target yang sama diterapkan tercapai pada 2020 untuk negara berkembang.
21 Anggota APEC sepakat untuk memangkas hambatan perdagangan dan mendorong aliran bebas komoditas, jasa, dan modal. Bogor Goals jadi manifestasi ambisius dan kepercayaan umum APEC, bahwa ekonomi pasar bebas bisa mewujudkan kesejahteraan.
Dalam APEC 2017 di Vietnam kini, Jokowi mengingatkan kembali agar para anggota APEC segera menyelesaikan agenda Bogor Goals yang belum tuntas, Jokowi menyebutnya unfinished business.
"Bogor Goals mencerminkan pentingnya perdagangan dan investasi bebas serta terbuka dan juga perwujudan pertumbuhan ekonomi serta kemakmuran rakyat," tutur Jokowi.
Jokowi berharap anggota APEC dapat terus bekerjasama. Kunci keberhasilan APEC yang pertama disebut Jokowi adalah keseimbangan pilar liberalisasi, alias proses menuju ekonomi pasar bebas.
"Keseimbangan pilar liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi serta kerja sama ekonomi dan teknik semakin menjadi kunci keberhasilan," ujar Jokowi.
Kembali ke pertanyaan awal, soal ada di sebelah mana haluan ekonomi Indonesia Itu seperti mempertanyakan hal yang sudah jelas, yakni jelas Indonesia adalah anggota APEC yang mendukung ekonomi pasar bebas.
Namun ternyata dinamika praksis ideologi tak selalu sesimetris itu. Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump malah cenderung menjadi proteksionis, sikap yang juga diasosiasikan sebagai anti-globalisasi. Padahal AS identik dengan ekonomi liberal.
Baik Indonesia maupun AS adalah anggota APEC dan berkegiatan di APEC 2017 yang digelar di negara Republik Sosialis. Donald Trump, sebagaimana dilansir BBC, mengatakan AS tak mau lagi dipermainkan oleh perdagangan.
Sebelum forum APEC ini, Trump telah menarik AS dari keanggotaan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), sebuah kesepakatan dagang dengan 12 negara anggota APEC, dengan alasan TPP akan melukai kepentingan ekonomi AS.
Indonesia adalah negara Pancasila yang selama ini dikenal sebagai republik yang bukan sosialis dan bukan kapitalis. Pernah pada suatu masa, Indonesia sangat anti-kapitalisme, setidaknya begitulah citra Presiden ke-1 RI Sukarno. Di masa selanjutnya, Indonesia menjadi sangat marah terhadap komunisme, sosialisme, dan ideologi kiri lainnya.
Untuk konteks kini, ekonomi liberal sudah menjadi arus utama. Namun praktik ideologi sudah kian 'lebih aneh' ketimbang zaman dulu. AS di bawah kepemimpinan Trump adalah misal, negara yang erat dengan liberalisme bisa menjadi proteksionis.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, AM Fachir, menilai sebenarnya AS masih mendukung prinsip free and open regionalism, atau bentuk perdagangan bebas dalam kawasan regional APEC. Betapapun ada kesan proteksionis dari Trump akhir-akhir ini, namun AS tetaplah mendukung pasar bebas.
Lalu apakah Indonesia mendukung prinsip pasar bebas ini secara kafah? "Kita sejak awal menekankan bahwa free and open regionalism adalah prinsip yang disepakati oleh semua anggota (APEC)," kata Fachir di Furama Resort, Danang, Vietnam, Sabtu (11/11). (dtc)