Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Teknologi finansial alias fintech yang bergerak di peer to peer (P2P) lending dianggap sebagai pesaing bank. Sebab, P2P mampu memberikan akses pendanaan yang lebih mudah dan cepat dibandingkan kredit konvensional di bank.
Menanggapi hal tersebut CEO Modalku, Reynold Wijaya, menjelaskan P2P sebenarnya menargetkan masyarakat unbankable segment.
"Banyak peminjam kami tidak memiliki akses ke bank. Selain itu rate kami lebih tinggi dari bank, sehingga kami tidak tertarik mengambil pasar perbankan," kata Reynold, Selasa (21/11).
Dia menjelaskan, tidak pernah menganggap P2P sebagai pesaing bank. Menurut dia jika peminjam mereka bisa ke bank, maka Modalku selalu bilang ke mereka, pergi saja ke bank karena lebih murah.
"Sebaliknya, apabila mereka belum bisa dilayani perbankan, maka kami siap membantu. Itulah maksud kami memposisikan diri sebagai komplementari dari bank dan bukan pesaing," ujar dia.
CEO Investree Adrian Gunadi menjelaskan pihaknya selalu memposisikan diri sebagai partner bank.
"Kami berusaha menjadi agen inklusi finansial yang menyediakan akses pembiayaan bagi sektor UKM yang selama ini tidak terlayani oleh institusi keuangan formal lainnya dengan cara memanfaatkan teknologi dalam menjangkau para UKM," ujar dia.
Adrian menjelaskan Investree sendiri sebagai marketplaceberperan sebagai jembatan penghubung bagi institusi keuangan yang ingin memperbesar pangsa pasar kredit mereka.
Sehingga, posisi Investree bukanlah menjadi pesaing bagi para institusi keuangan, melainkan memperbesar pangsa pasar yang dapat dijangkau oleh institusi keuangan.
"Karena Investree dapat memberikan penilaian kredit yang lebih komprehensif dan terjangkau dengan menggunakan teknologi kekinian yang dikembangkan oleh Investree," jelas dia. (dtf)