Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengunjungi Papua dan berkicau mengenai fenomena di sana. Kicauan itu menuai kritikan.
"Selama perjalanan ke Papua kami menyewa 12 mobil. Tidak ada satupun sopirnya yang asli Papua. Apakah mereka berhak mendapatkan pekerjaan?" ujar Malik dalam kicauannya, 18 November 2017 lalu.
Kicauan ini kemudian ramai dibicarakan di lini masa. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut kicauan malik tersebut tidak pantas. Dianggap tidak sesuai dengan etika diplomasi.
Ini pernyataan Dahnil:
Bagi saya pernyataan Duta Besar Inggris melalui akun Twitternya di, tidak pantas. Abai etika diplomasi, apalagi pernyataan itu dia sampaikan di negara dimana dia sedang bertugas sebagai perwakilan resmi Inggris di Negara Berdaulat bernama Indonesia, sebagai warga negara tentu saya berkeberatan dengan sikap yang bersangkutan yang abai tata krama diplomasi, sebagai anak bangsa tentu kita tahu persis apa yang terjadi dan kurang dengan negeri ini, dan kritik selalu kita sampaikan. Namun, ketika Statement tendensius seperti itu disampaikan oleh seorang dubes dan abai latarbelakang dibalik peristiwa itu agaknya, tidak pantas. pemerintah RI perlu menegur yang bersangkutan. Terimakasih.
Setelah berkicau mengenai 'hak warga asli Papua' tersebut, Malik juga berkicau mengenai sikap pemerintah Inggris terhadap Papua. Malik memastikan Inggris mengakui Papua sebagai bagian dari NKRI."Menurut Pemerintah Inggris, Papua sudah final jadi bagian dari NKRI," kata Malik. (dtc)