Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisis - Bandung. Bunyi karinding menggema menghangatkan suasana kala gerimis mengguyur kawasan pusat Kota Bandung. Alat musik berbahan bambu itu dimainkan serentak oleh mahasiswa untuk memecahkan rekor.
Karinding dimainkan secara langsung ratusan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) dari perwakilan 51 perguruan tinggi swasta se-Indonesia di pinggir aliran Sungai Cikapundung, Jalan Sukarno, Kota Bandung, Rabu siang (22/11/2017), sekitar pukul 13.30 WIB.
Mahasiswa mengenakan jas almamater beraneka warna tampak antusias memainkan alat musik berbentuk mungil tersebut. Secara perlahan, jari telunjuk peserta dipukulkan ke bagian ujung alat tersebut.
"Hari ini akan tercatat secara resmi di Original Rekor Indonesia yaitu memainkan karinding dengan perwakilan universitas terbanyak yaitu 51 universitas," ucap ketua Original Rekor Indonesia (ORI) Agung Elvianto di tempat acara.
Untuk mencatatkan pemecahan rekor, ORI memberi syarat agar karinding dimainkan dengan durasi waktu tertentu. Lantaran dimainkan oleh 51 perwakilan universitas, ORI meminta mahasiswa memainkan karinding selama 5 menit 1 detik.
Waktu selesai, mahasiswa HI se-Indonesia ini berhasil mencatatkan aksinya tersebut di ORI. "Harapan kami ini bukan hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga menjadi legenda dunia. Mudah-mudahan dengan rekor ini para delegasi dapat memberikan ilmunya kepada rekan-rekan di daerahnya masing-masing," tutur Agung.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pasundan (Unpas) M. Budiana mengatakan pihaknya sengaja menggelar acara tersebut sekaligus memberi pengetahuan soal alat musik tradisional dari Jawa Barat.
"Kita bersepakat untuk concern terhadap kebudayaan daerah. Sehingga paling tidak, ada perhatian generasi milenial terhadap kearifan lokal lewat seni tradisi," ucap Budiana.
Karinding sebuah alat musik tradisional. Awalnya, karinding diciptakan untuk mengusir hama di sawah. Namun seiring berjalannya waktu, alat berbahan potongan bambu itu menjadi alat musik yang belakangan kerap dimainkan oleh seniman di Jabar.
Alat tersebut dimainkan dengan cara ditempel di mulut. Alat mungil itu diapit dengan bibir atas dan bawah sehingga memunculkan ruang. Untuk menghasilkan suara, ujung alat tersebut ditepuk perlahan. (dtc)