Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Politikus Partai Golkar Ridwan Hisyam menyesalkan keputusan Idrus Marham mau menjadi Plt Ketua Umum. Ridwan menilai posisi Plt Ketum lebih rendah dibanding Sekjen.
"Saya sudah telepon Idrus, 'Anda sudah jadi Sekjen kenapa harus turun pangkat?' Jadi kan aneh Plt Ketum, dan Sekjen Idrus masak Plt. Semua kayak orang sakit ini. Kalau tidak, organisasi normal, pasti tidak ada Plt. Ini kan berarti ada sesuatu, padahal yang sakit kan Ketum. Kenapa juga Sekjen ikut sakit," kata Ridwan di Jalan Hang Lekiu, Kebayoran Baru, Jaksel, Rabu (22/11/2017).
Ridwan sebenarnya menyarankan Idrus tetap menjadi Sekjen. Sedangkan posisi Plt Ketua Umum Golkar diisi oleh Ketua Korbid Kepartaian.
"Saya sudah suarakan, Idrus tetap saja jadi Sekjen, tidak perlu jadi Plt Ketum. Plt Ketum ambilah dari 7 korbid. Saya usulkan ada Airlangga, Kahar, dan Nusron. Tapi ternyata keputusannya seperti yang kita lihat ini. Tapi saya senang Plt Ketum Idrus tidak lama, jadi seminggulah, sampai 30 November," ujarnya.
Sementara itu, Ridwan mengungkapkan sering meminta Setya Novanto mundur, baik sebagai Ketum Golkar maupun Ketua DPR. Namun permintaannya itu tak digubris oleh Novanto.
"Saya 4 kali datang ke SN, 1 kali di kantor DPR RI 4 mata, di rumahnya 3 kali untuk berbicara ini dari hati ke hati untuk dia melepaskan posisinya," ungkapnya.
Ridwan lantas menyampaikan alternatifnya soal posisi Ketum pengganti Setya Novanto. Setidaknya ada tiga usulan yang perlu diperhatikan oleh pengurus DPP. Yaitu pertama, kembali memunculkan Akbar Tandjung dan Agung Laksono seperti tahun 2004. Kedua pimpinan partai kembali diisi oleh TNI Angkatan Darat dan terakhir diisi oleh generasi muda."Ada tiga alternatif, yaitu melalui sejarah kembali ke khitah memunculkan Akbar Tanjung dan Agung Laksono tahun 2004 karena itu paling tertinggi kita. Setelah dipegang JK, Ical, dan SN, kan kembalikan ini untuk menata sistem pemilihan Golkar. Harus diperbaiki ini. Kan sekarang pragmatisme. Semua orang main uang untuk jadi Ketum Golkar. Mahal akhirnya Golkar bisa dipimpin oleh para saudagar yang punya duit banyak tidak punya visi atau idealisme," ujarnya. (dtc)