Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pameran dan Pargelaran Seni Sumatera (PPSS) XXI yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) 17-20 November lalu, terus menuai sejumlah kritik. PPSS XXI yang berlangsung kali ini dianggap tidak maksimal, terutama secara teknis persiapan. Salah satunya penyebabnya menyangkut anggaran.
“Jauh dari harapan. Jangankan bicara karya, masalah persiapan saja kurang. Lucu rasanya even seperti ini tidak mendapat dukungan yang maksimal dari pemerintah. Padahal even ini dibuka oleh Gubernur T Erry Nuradi. Itupun terlambat satu hari. Mestinya dibuka tanggal 16 jadi tanggal 17,” kata seniman Medan, Sihar Pryhan kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (22/11/2017).
Informasi yang berkembang di antara seniman yang biasa kumpul di TBSU, para peserta PPSS XXI yang berasal dari Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung, hadir dengan biaya sendiri. Termasuk untuk akomodasi. Begitu juga panitia lokal yang konon tidak mendapat honor.
Ditambahkan Sihar, padahal pada pembukaan itu gubernur menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan barometer pembinaan dan pengembangan kesenian di wilayah Sumatera dan meningkatkan apresiasi seni. Sekaligus jadi forum komunikasi bagi seniman wilayah Sumatera.
“Aku ingat betul yang dibilang gubernur waktu pembukaan. Katanya kegiatan ini merupakan perhelatan seni budaya yang berskala regional. Kegiatan amanah yang merupakan bagian dari kontribusi bagi pembangunan seni budaya bangsa dan peningkatan citra di wilayah Sumatera. Lalu kontribusi dan dukungan pemerintah apa?” lanjut pegiat film, sastra dan teater ini.
Pengamatan medanbisnisdaily.com selama kegiatan berlangsung, fasilitas akomodasi yang diberikan kepada peserta dari provinsi lain sangat memprihatinkan. Para peserta diinapkan di belakang gedung sanggar teater, tidak ubahnya seperti pengungsi.
Selain itu, gedung utama TBSU yang menjadi pusat pertunjukan keberadaannya sejak dimulai acara hingga kini masih acak-acakan. Demi kegiatan ini, dilakukan pengecatan ulang, perbaikan plafond dan perbaikan AC. Namun sampai kegiatan berlangsung pengerjaan itu masih belum finish.
“Ini sangat memalukan. Bukan senimanya, tapi Pempvrovsu. Kesenian di Sumatera Utara mundur sampai puluhan tahun. Besok-besok seniman jangan ada yang milih Tengku Erry. Terbukti dia tidak peduli dengan nasib kesenian di daerah ini,” pungkas Sihar.
PPSS XXI digarap tidak maksimal. Tidak heran beli penontonnya sepi, termasuk pada pameran seni instalasi yang nyaris tanpa penonton.
Kordinator acara, M Suwarsono mengerti dengan kekecewaan para seniman. Menurutnya, selaku panitia ia hanyalah fasiltator kegiatan. Keterbatasan dana yang ada membuat panitia harus mengambil beberapa kebijakan.
Ia menjelaskan, mereka mengundang peserta dari provinsi lain dan kabupaten/kota di Sumut dengan harapan dibiayai pemda masing-masing.
“Sejak otonomi daerah, dana PPSS ditanggung oleh pemerintah provinsi yang menjadi tuan rumah. Jadi karena minimnya anggaran, para peserta PPSS XXI diharapkan dibiayai oleh pemerintahnya masing-masing,” ujarnya.
Kepala Taman Budaya Sumatera Utara, Deny Elpriansyah saat dihubungi handphonenya tidak aktif. Namun informasi yang berkembang dana yang disiapkan untuk PPSS XXI sebesar Rp 400 juta.