Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Denpasar. Gunung Agung tidak juga berhenti bererupsi tanpa lava hingga siang ini. Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gede Suantika memperkirakan erupsi berupa asap dan abu ini bisa berlangsung selama 1 bulan.
"Kalau mengacu pada pengalaman tahun 1963 itu, kondisi seperti ini bisa selama satu bulan," kata Suantika kepada detikcom di Pos Pengamatan Gunung Agung, Rendang, Karangasem, Bali, Minggu (26/11).
Erupsi ini terjadi sejak Sabtu (25/11) pukul 17.30 WITa, dan hingga pukul 13.20 WITa, hari ini, masih terjadi. Suantika menjelaskan hal ini adalah karakter Gunung Agung sebelum letusan yang lebih besar seperti 54 tahun lalu.
"Lalu diikuti dengan erupsi yang lebih besar seperti 1963 itu," ujar Suantika.
Walau begitu, erupsi kali ini diharapkan bisa mengeluarkan sebagian besar tekanan gas di dalam perut gunung. VEI atau indeks ledakan gunungapi untuk Gunung Agung masih berada di level 5, letusan Merapi pada 2010 dan Sinabung masuk kategori VEI 3.
"VEI itu dihitung total terhadap satu kali erupsi, berapa volume vulkanik yang keluar. Saat ini, volume vulkanik dari Gunung Agung yang keluar masih kecil, masih hanya abu. VEI kita perkirakan masih di level 5 atau bisa saja lebih kecil," ucap Suantika.
Oleh sebab itu, PVMBG tengah mengevaluasi status level III atau siaga dari Gunung Agung. Hasil evaluasi bisa mengarah ke peningkatan status ke level IV atau awas, bahkan bisa menjadi level II atau waspada.
"Statusnya sedang dievaluasi. Kita lihat dulu perkembangan dari aktivitas Gunung Agung," kata Gede Suantika.
"Kalau masih abu seperti ini terus dan sudah ada kepastian datang yang lebih besar, nanti kita evaluasi. Kalau wah gitu baru kita akan tingkatkan (statusnya jadi awas)," sambung Suantika.
Sementara arah abu vulkanik disebutkan Suantika tergantung pada arah angin. Ia menegaskan arah angin bisa berubah sewaktu-waktu terutama di sekitar lereng Gunung Agung.
"Angin itu kan alirannya tidak streamline, cenderung turbulance ke mana-mana. Angin bisa tiba-tiba saja berubah suatu saat, arah rata-rata ke barat bisa jadi ke timur di sekitar Gunung Agung itu," ucap Suantika. (dtc)