Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Karangasem. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mereka dapatkan rilis data dari Satelit NASA Modis milik Amerika Serikat, terkait dengan rekaman peningkatan thermal atau suhu panas di permukaan kawah Gunung Agung. Dari data rekaman tersebut tercatat suhu panas di kawah sampai dalam level high atau tinggi.
"Satelit NASA Modis mencatat suhu panas mencapai lebih dari 90 megawatt vulkanik radiatif power (VRP). Padahal saat terpantau pada 27 November 2017, suhu panas hanya berkisar 51 megawatt VRP," ujar Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Devy Kamil Syahbana, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (29/11/2017).
Artinya, kata Devy, adanya pertumbuhan energi thermal di permukaan kawah. Sehingga hal ini mengakibatkan peningkatan suhu panas yang merupakan tanda lava di permukaan gunung Agung terus bertambah. Lava tersebut sudah ada di lantai atau dasar kawah.
"Ada juga muncul lubang besar di dasar kawah yang mengakibatkan lava keluar. Data laporan itu lubang besar itu sekitar 100 meter diameternya," tambahnya.
Devy mengatakan, akibat munculnya lava di sekitar kawah Gunung Agung, muncul cahaya terang di atas puncak gunung jika malam hari.
"Itu vulkanik glow diakibatkan oleh lava yang sudah ada di permukaan. Kita tidak perlu membuktikan naik ke atas untuk melihat ada atau tidak lavanya. Satelit sudah merekam adanya lava di permukaan dan ada dan sudah berada di dasar kawah semakin tumbuh terus jumlah lavanya semakin banyak," kata dia.
Jika suhu panas terus meningkat, kata Devy, maka berpotensi terjadinya letusan besar."Dia (Gunung) berpotensi menghasilkan letusan. Dalam kondisi over pressure, ketika magma di bawah permukaan terakumulasi tekanan, maka ketika dia melepaskan tekanan material dapat terlontar berupa dalam bentuk lontaran batu maupun abu," ujarnya. (dtc)