Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Inspirasi ada di mana saja, termasuk dalam Alkitab. Sejumlah sastrawan dunia pun banyak yang terinspirasi dari Alkitab. Hal itu dapat dilihat dari karya-karya sastra penulis Paulo Coelho, Faridu din Attar atau bahkan Kahlil Gibran. Karya-karya mereka sebagian besar dipengaruhi oleh Alkitab. Sejumlah buku dalam Alkitab yang sering menginspirasi mereka adalah Mazmur, Kidung Agung dan Wahyu.
“Hibriditas itu dapat kita lihat dari aksen, frase, khiasan-khiasan serta dasar filsafat yang terdapat dalam karya-karyanya. Lihatlah novel “Di Tepi Sungai Piedra” (Pedro) atau “The Alchemist” karya Paulo. Bahkan tema novel ini bercikal pada salah satu kisah dari Alkitab. Begitu pula dengan “Sang Nabi” “Raja yang Terpenjara” atau “Sayap-sayap Patah” karya Kahlil Gibran. Nafas yang sama juga dapat kita temukan dari “Musyawarah Burung-burung” karya Faridu din Attar. Ungkapan bahkan kalimat-kalimat yang mereka gunakan digali dari Alkitab,” jelas penulis buku asal Bandung, John Khrisna kepada Medanbisnisdaily.com, di Medan, Sabtu (3/12/2017).
Yang paling jelas, terangnya, adalah karya masterpiece Kahlil Gibran “Sang Nabi”. Gibran memberi nafas baru dari kutipan Injil Matius 5 : 1 - 12 yang berjudul “Delapan Sabda Bahagia”. Kotbah Yesus di atas bukit itu digubah sekaligus dilengkapi Gibran dalam bentuk syair-syiar yang indah. Gibran mengungkapkan kotbah Yesus itu dalam bahasa yang lebih puitis tanpa kehilangan makna spiritualitasny.
Menurut penulis buku “Burung tanpa Sayap” ini, karya-karya Gibran justru semakin menarik. Karena ia tidak hanya mengadopsi Alkitab, namun juga Alquran serta kitab-kitab suci kuno di masa pra Kristen. Karena itu, Gibran tampil menjadi sastrawan Arab yang paling berwarna dibanding sastrawan lain sezamannya.
Sayangnya, sastra alkitabiah itu tak sempat populer di Indonesia jika dibanding dengan sastra Alquran. Tetapi bukan berarti tak ada sastrawan yang meliriknya.
Di awal-awal kesenimanannya, WS Rendra malah banyak menghasilkan karya-karya yang dipengaruhi cerita-cerita dari Alkitab. Salah satu yang paling lawas adalah puisi panjangnya “Nyanyian Angsa”. Puisi ini berbanding terbalik dengan kisah Yesus yang membela seorang pelacur Samaria, seperti tercatat dalam Injil Yohannes 8 : 7.
Beberapa sastrawan lain, seperti Dorothea Rosa Herliany, Ayu Utami serta Joko Pinurbo, juga dikenal karena kekuatan sastranya yang berpijak pada dasar filsafat Alkitab.Ayu Utam lewat “Saman” termasuk yang paling kuat sisi Alkitab-nya dan sering diperdebatkan. Ia bahkan mengakui Alkitab sebagai sumber inspirasinya.
Pengakuan itu diungkapkannya ketika ia dan sejumlah seniman di Medan menggelar diskusi “Sastra Alkitab” di Galeri Payung Teduh, beberapa tahun lalu. Kala itu, ia sedang menerbitkan novel “Bilangan Fu”. Meski secara pribadi ia mendebatkan kebenaran Alkitab sebagaimana yang dituliskannya dalam novel “Cerita Cinta Enrico”, nyatanya sebagian besar karya Ayu berada dalam lingkaran diskursus klasik filsafat Kristen; eksistensialis trinitas.
Ditambahkan Khrisna, di dalam Alkitab terdapat banyak syair, perumpamaan, cerita pendek dan kumpulan surat. Masing-masing dikanonisasikan dalam bacaan-bacaan tertentu. Misalnya syair banyak digunakan di dalam Mazmur, Ayub, dan Kidung Agung. Beberapa di antara syair itu, merupakan hymne atau nyanyian rakyat (folklore) yang berkembang dalam keseharian hidup masyarakat. Bacaan-bacaan ini diperuntukkan khusus untuk memuji, mengucap syukur dan berdoa.
Isi lain dari Alkitab adalah cerita-cerita, baik yang menyangkut kisah Yesus sendiri (Perjanjian Baru) maupun kutipan yang diumpamakan Yesus ketika sedang berkotbah. Para pencatat naskah Alkitab seperti Matius, Markus, Lukas dan Yohannes berperan besar dalam pendokumentasian ini.
“Bagi para penulis muda khususnya yang Kristen, penting menjadikan Alkitab sebagai sumber insipirasi mereka. Selain mendapat bacaan sastra, juga secara iman, kita disegarkan,” ujar Khrisna.