Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ekonomi dunia diproyeksi makin cerah di 2018, turut menyimpan berbagai tantangan yang perlu diwaspadai, antara lain normalisasi moneter hingga sikap proteksionisme dari Amerika Serikat (AS).
Demikianlah diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Bisnis Indonesia Economic Challenges 2018 di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Senin (4/12/2017).
AS tengah dalam upaya normalisasi, berupaya mendorong ekonominya kembali tumbuh. Dengan perbaikan ekonomi dunia, maka ekonomi AS diproyeksi bisa tumbuh lebih cepat. Ini pun akan beriringan dengan kebijakan moneter yang ketat, yaitu menaikkan suku bunga acuan makin cepat.
Hal ini jelas berpengaruh terhadap negara berkembang, seperti Indonesia. Dana yang selama ini mengendap di pasar keuangan Indonesia bisa saja kembali pergi ke AS.
"Dengan adanya growth pulih lihat kebijakan moneter akan mulai di scale down atau di-normalize. Suku bunga meningkat dan jumlah uang beredar menurun. Kalau lihat dari sisi suku bunga berarti antisipasi trennya enggak serendah dan enggak se-friendly 4 tahun terakhir," kata Sri Mulyani.
Selanjutnya, ada kecenderungan sikap proteksionisme negara-negara maju, juga AS. Dengan sikap proteksionisme tersebut juga mempengaruhi Indonesia yang arus perdagangannya bisa berkurang dengan kebijakan tersebut.
"Proteksionisme muncul dari retorika sampai action. Mereka ingin proteksi dari barang atau jasa. Dunia selama 4 dekade terakhir kemajuan dari sisi kemajuan kemiskinan disebabkan keterbukaan ekonomi dan perdagangan ekonomi. Kalau proteksionisme, banyak negara tertinggal dan enggak ikut mengejar ketertinggalannya," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, masalah lain yang perlu diwaspadai Indonesia adalah jumlah penduduk usia tua yang lebih banyak dibandingkan penduduk usia muda yang masih produktif. Beban demografi ini sudah dialami beberapa negara lainnya, seperti China, Jepang, dan beberapa negara di Eropa.
Beberapa negara tersebut memiliki beban anggaran yang lebih besar untuk membiayai penduduk usia tua terkait biaya kesehatan dan lainnya. "Problem orang lebih berusia, mohon maaf, membutuhkan lebih banyak services dari sisi kesehatan," tutur Sri Mulyani.
Tantangan ini perlu diantisipasi Indonesia yang saat ini masih didominasi penduduk usia muda untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya. Sehingga Indonesia bisa menjadi kaya sebelum penduduknya didominasi usia tua.
"Dunia terutama negara emerging older before getting rich. Kalau negara maju sudah kaya baru tua," ujar Sri Mulyani.
Tantangan lain yang perlu dicermati adalah, perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi ini mampu menggantikan peran manusia dalam pekerjaan tertentu.
"Teknologi create disruption, inovation dan introduce business process berubah sama sekali. Robot maupun revolusi industri 4.0 bicara industri maupun manufacturing juga services sector mengalami perubahan dan kebutuhan antisipasi apakah negara Indonesia dengan populasi 250 juta mampu siapkan diri di mana teknologi dan digital menu of the day," kata Sri Mulyani. (dtc)