Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Yerusalem. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menegaskan status Yerusalem harus dirundingkan antara Israel dan Palestina. Pernyataan ini disampaikan menjelang pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Sekretaris Jenderal (PBB) telah berbicara berulang kali soal isu ini... dan dia mengatakan bahwa kita semua harus sangat hati-hati dengan tindakan yang kita ambil karena kemungkinan akibat besar dari aksi-aksi ini," ujar Utusan PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, seperti dilansir AFP, Rabu (6/12/2017).
Hal itu disampaikan Mladenov dalam konferensi menjelang pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dijadwalkan Trump akan menyampaikan pengakuan resmi atas Yerusalem dalam pidato pada Rabu (6/12) siang waktu AS.
"Masa depan Yerusalem menjadi hal yang perlu dirundingkan dengan Israel, dengan Palestina, duduk berdampingan secara langsung dalam perundingan," tegas Mladenov.
Selain mengakui Yerusalem, Trump juga akan menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk mulai merencanakan proses pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan ini menindaklanjuti undang-undang yang diloloskan Kongres AS tahun 1995, yang mengatur pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem.
Memindahkan Kedubes dan mengakui Yerusalem akan menandai pergeseran besar dalam kebijakan AS. Sejak lama, AS meyakini bahwa status Yerusalem harus diputuskan dalam perundingan antara Palestina dengan Israel.
Israel menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat secara sepihak dalam perang tahun 1967. Padahal sesuai Rencana Pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947, kedua wilayah itu merupakan bagian dari Palestina.
Israel kemudian menganeksasi Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui oleh dunia internasional. Israel bahkan mengklaim keseluruhan wilayah Yerusalem sebagai ibu kota abadi dan tidak bisa dibagi.
Hal itu tidak bisa diterima oleh Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota bagi negara mereka di masa mendatang. Sejak saat itu hingga kini, status Yerusalem menjadi salah satu persoalan paling rumit yang tidak berkesudahan. (dtc)