Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Washington DC. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota suci itu, merupakan pemenuhan janji kampanye. Gedung Putih menyebut keputusan ini telah dipertimbangkan secara matang.
Dituturkan Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Sanders, seperti dilansir CNN, Kamis (7/12/2017), keputusan Trump ini merupakan hasil dari 'sebuah proses lintas-lembaga yang dipikirkan sangat matang'. Namun orang-orang di dalam lingkup Gedung Putih menggambarkan keputusan ini didorong oleh kekhawatiran Trump terhadap politik dalam negeri AS.
Semasa kampanye pilpres 2016 lalu, Trump berjanji akan mendukung Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedubes AS ke kota yang menjadi sengketa Israel-Palestina itu. Bahkan saat itu Trump berjanji akan mewujudkannya pada hari pertama dia menjabat Presiden AS.
"Saat saya menjadi Presiden, hari-hari memperlakukan Israel seperti warga kelas dua akan berakhir pada hari pertama. Kita akan memindahkan Kedutaan Amerika ke ibu kota abadi warga Yahudi, Yerusalem," ucap Trump di hadapan Komisi Urusan Luar Negeri Amerika-Israel tahun lalu.
Trump berutang banyak pada kalangan pro-Israel, kelompok sayap kanan, termasuk kalangan evangelis Kristen di AS yang membantunya memenangkan pilpres 2016 lalu. Kebanyakan donatur dan pendukung Trump juga berasal dari kalangan konservatif AS. Saat Trump memutuskan menunda pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem pada Juni lalu, para pendukungnya dari golongan itu sangat kecewa.
Menurut sumber pejabat Gedung Putih yang memahami isu ini, Trump sangat khawatir kehilangan basis politiknya di AS. Trump juga disebut selalu bersikeras agar dirinya selalu terlihat menepati janji-janji kampanyenya, terutama soal Israel.
Sumber yang sama juga menyebut Trump melihat isu soal Yerusalem sebagai kunci dalam meredakan kekhawatiran di kalangan pendukung setianya, yang menduga Trump akan melunak soal janji-janji kampanyenya.
Presiden-presiden AS terdahulu juga melontarkan janji untuk memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem semasa kampanye. Namun saat mereka menjabat, mereka memilih mengesampingkan janji kampanye itu karena alasan kekhawatiran kawasan, juga status Yerusalem yang masih diperebutkan oleh Israel dan Palestina.
Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem diatur oleh Undang-undang (UU) Kedutaan Yerusalem yang diloloskan Kongres AS tahun 1995 lalu. Namun para Presiden AS sebelumnya memilih menerbitkan 'surat pernyataan' atau waiver yang berlaku setiap 6 bulan, untuk menunda penerapan UU itu.
Trump mendobrak tradisi itu dan mengubah kebijakan AS yang telah berlangsung puluhan tahun, dengan mengambil langkah kontroversial untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel serta memerintahkan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Sementara presiden-presiden sebelumnya telah menjadikan hal ini (pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem) sebagai janji kampanye besar, mereka gagal mewujudkannya. Hari ini, saya mewujudkannya," ucap Trump dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat. (dtc)