Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Budaya dan agama merupakan dua sumber nilai bagi pembentukan moral manusia. Keduanya harusnya bisa sejalan sepanjang nilai-nilainya yang ada di dalamnya tidak bertentangan. Begitu juga dengan orang Batak. Agama dan budaya yang melekat pada orang Batak harus menjadi sumber nilai bagi mereka.
Demikian dijelaskan Pendeta yang juga budayawan Batak Toba, Immanuel Horas Manullang kepada Medanbisnisdaily.com, belum lama ini. Dalam perbincangan saat itu ia secara pribadi merasa kagum dengan umat gereja lain, seperti Katolik. Mereka mengakui adanya dua sumber ajaran bagi mereka.
"Pertama ajaran Kristus (agama) dan tradisi (sejarah). Mereka bisa menjalankan keduanya dengan baik. Di peradatan mereka sebagai Batak dan di gereja mereka sebagai Katolik. Malah tak jarang mereka memadukan keduanya. Salah satu satunya dengan membangun gereja inkulturasi. Tidak seperti sekte gereja tertentu yang karena fanatismenya sampai-sampai harus menolak segala hal yang berbau budaya. Sungguh hal itu amat disayangkan," jelasnya.
Ditambahkan Horas, hal itu terjadi karena rendahnya pemahaman terhadap budaya itu sendiri. Sehingga cepat-cepat menyimpulkannya sebagai berhala.
“Saya selalu mengatakan ini dalam forum-forum diskusi budaya Batak Toba. Soalnya tidak dapat kita pungkiri banyak orang Batak yang tidak lagi mencintai budayanya. Bahkan sampai mengharamkan ulos karena mengikuti ajaran agama tertentu,” katanya.
Misalnya nenek moyang kita dulu sangat menghormati pohon dan sumber air. Itu bukan karena mereka berhala, tetapi karena mereka menyadari keduanya punya peran penting dalam kehidupan ini. Begitu juga dengan gunung. Gunung dianggap sakral atau keramat, karena memang dari gununglah sumber kehidupan makhluk hidup ada.
Ia menambahkan, dalam agama juga disebutkan sebelum manusia itu ada, Tuhan telah lebih dulu menyediakan sumber pendukung kehidupan, barulah kemudian manusia diciptakan. Tidak heran jika kepadanya dibebankan tanggungjawab lebih. Yakni menjaga, melestarikan serta meneruskan kehidupan di bumi. Bagaimana seseorang bisa menjaga kalau ia tidak menghormati.
“Tapi sekarang kan tidak. Hutan ditebangi sesuka hati. Ada lagi yang dibakar. Padahal kalau dulu, untuk menebang satu pohon saja pun ada aturan adatnya,” katanya.
Maka sekarang ini setiap orang Kristen khususnya Batak harus lebih menggali lagi nilai-nilai budayanya. Karena dari situ sebenarnya ada pesan-pesan teologis, seperti yang diajarkan dalam agama, akhirnya.