Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Begitu dahsyatnya godaan menjadi biduan terkenal membuat tak sedikit orang mau banting stir meniti tangga baru. Mungkin tak ada jalan lain yang lebih super kilat menuju popularitas itu dibanding menjadi artis.
Mimpi itu yang dibawa ajang pencarian bakat bernama Liga Dangdut Indonesia yang diselenggarakan salah satu stasiun televisi swasta yakni Indosiar. Sebagai ikon televisi dangdut, Indosiar mencoba mempertahankannya setelah sebelumnya menggelar even sejenis seperti Dangdut Academy, Dangdut Academy Asia dan Bintang Pantura.
Jalan panjang menuju popularitas itu yang kini tengah dititi ribuan anak muda berusia 15-25 tahun (laki-laki maupun perempuan) yang datang dari seluruh kabupaten/kota di Sumut. Di Mako Brimobda Sumut mereka mengikuti proses awal bernama audisi, Minggu (10/12/2017). Dengan lengkingan suara berikut cengkok yang dikuasai, para talen-talen muda tersebut berusaha mendapatkan "tiket" untuk meneruskan langkah.
Untuk itu, terpaksa Maulida (16) yang tinggal bersama orangtuanya di Tanjung Morawa sejak subuh sudah mempersiapkan diri dengan dandanan semenarik mungkin demi mendukung penampilannya di audisi. Sebelumnya, pelajar kelas dua SMK ini pernah mengikuti ajang pencarian bakat yakni Dangdut Academy (DA) 2.
"Waktu itu nafasku dikatakan kurang panjang makanya tidak lolos," kata Maulida.
Persiapan tak kalah serius juga dilakukan Yulianingsih (19) yang bermukim di Marelan. Dua kali kesalahan sebelumnya di DA 3 dan DA 4 tak membuatnya kapok atau jera mengikuti ajang pencarian bakat dangdut. Bekal sebagai penyanyi cafe bersama grup musik yang diikutinya menjadi modal baginya untuk memenangkan audisi.
"Walau mungkin nanti gagal lagi, saya akan terus mengikuti ajang seperti ini sepanjang masih bisa. Mungkin belum rezeki," kata Yulianingsih yang masih duduk di bangku kuliah yakni semester 3.
Berbeda dengan Maulida dan Yulianingsih yang masih berstatus pelajar dan mahasiswi, peserta audisi lainnya yakni Lismawani Daulay (24) dan Opi (24), masing-masing bekerja atau berprofesi sebagai guru matematika dan pesulap (magician).
Lisma yang merupakan lulusan Universitas Asahan. Dalam waktu yang sama dia juga pegawai honorer di Pemko Medan sekaligus penyanyi di grup band di kantor tersebut.
Nasib kurang baik pernah menghentikan langkah Lisma saat mengikuti DA 3. Sesungguhnya ketika itu hanya tinggal selangkah lagi dia akan menuju Jakarta guna menjadi biduan dangdut.
"Waktu itu saya masuk babak golden ticket yang hanya diikuti delapan peserta. Sayang aku tak lolos. Yang berhasil ke Jakarta adalah Duo Alvin, Rasya dan Amir," kata Lisma yang mengidolakan Rita Sugiarto dan Lesti.
Kata Lisma, tak lain menjadi artis terkenal, itulah yang hendak diburunya dengan mengikuti ajang-ajang pencarian bakat penyanyi dangdut. Menjadi Pegawai Negeri Sipil yang kini mungkin jalannya terbuka, tidak terpikirkannya.
Hal yang sama juga menjadi tujuan Opi yang bertubuh subur. Profesi sebagai pesulap yang selalu manggung di luar Kota Medan yang telah digelutinya beberapa tahun terakhir seketika akan dilupakannya saat jalan menuju pedangdut tersohor terbuka baginya.
Yulianingsih, Maulida, Lismawani dan Opi serta ratusan atau bahkan ribuan peserta audisi Liga Dangdut Indonesia lainnya cuma sedikit dari talen-talen muda di seluruh Indonesia yang mengikuti ajang serupa. Audisi dilakukan di 34 provinsi yang ada.
"Setiap audisi di masing-masing provinsi akan meloloskan lima nama menuju konser provinsi di Jakarta (Januari 2018). Hanya satu dari kelimanya yang akan mengikuti Liga," kata staf public relation Indosiar, Tia, menjawab medanbisnisdaily.com.
Pasangan kembar Rizky dan Ridho yang berasal dari Batubara serta Duo Alvin, yang telah menikmati ketenaran berkat ajang Dangdut Academy, akankah diikuti pemilik bakat bernyanyi dangdut dari Sumatera Utara? Waktu yang akan menjawabnya.