Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota mendapat reaksi dari warga dunia. Pernyataan ini bahkan telah menjadi viral di media sosial. Termasuk pula menjadi pembahasan di sejumlah organisasi orang muda dari berbagai latarbelakang agama. Salah satunya oleh Orang Muda Katolik (OMK) yang ada di Medan.
Seperti yang disampaikan Dodi salah seorang OMK dari Gereja Katolik St Paulus, Pasar Merah Medan. Menurutnya, pernyataan Donald Trump itu sangat menyakitkan. Seolah-olah sedang memprovokasi.
“Kayaknya Donald ini suka buat sensasi. Katanya pemimpin negara yang menjunjung perdamaian, tapi dia pula yang memancing keributan,” katanya kepada medanbisnisdaily.com, Minggu (10/12/2017).
Ditambahkan Dodi, status Yerusalem itu tidak hanya milik orang Yahudi, tetapi juga umat Kristen dan Islam. Membuat Yerusalem sebagai ibukota Israel, sama saja melecehkan agama lain yang ada di sana. Apalagi ini sedang bulan Desember, umat Kristen sedang merayakan Natal. "Jadinya sangat sensitif," tambahnya.
Pendapat sama juga disampaikan Herlina Sipayung, salah seorang OMK yang bergereja di Gereja Hayam Wuruk, Medan. Menurutnya, pernyataan Donald sama saja dengan memulai perang. Padahal selama ini PBB telah bersusah payah mendamaikan negara-negara yang bertikai di Timur Tengah, khususnya yang terjadi antara Israel dan Palestina.
“Kayaknya ini Presiden AS yang paling arogan. Dulu pun waktu kampanye banyak pernyataannya buat orang sakit hati. Harusnya di bulan Desember ini kita perlu ketenangan. Ini kan bulan Natal. Jangan ada isu-isu yang membuat orang marah. Apalagi kalau isunya tentang agama, itu kan sangat sensitif,” imbuhnya.
Yerusalem adalah kota suci bagi umat agama Yahudi, Kristen dan Islam. Kota yang telah berdiri lebih dari 3.000 tahun lalu itu merupakan simbol bagi upaya-upaya perdamaian atas bangsa-bangsa di Timur Tengah yang sebagian di antaranya masih terlibat pertikaian. Namun upaya perdamaian itu kembali terancam gagal karena pernyataan Donald Trump yang mengakui Yurusalem sebagai ibukota Isreal dan akan memindahkan Kantor Kedubes AS ke Yerusalem.