Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - California. Sebuah asteroid dari luar Tata Surya (interstellar asteroid) yang terpantau teleskop Bumi pada Oktober 2017 lalu, memicu banyak pertanyaan. Setelah diteliti lebih jauh, diduga objek itu bukan asteroid.
Dilansir dari Independent, Selasa (12/12/2017), para peneliti menduga 'asteroid' lonjong seperti cerutu itu seolah secara sengaja dibentuk. Padahal, asteroid yang terpantau oleh Bumi disebutkan tak pernah berbentuk seperti itu.
Disebutkan objek tersebut bergerak dengan kecepatan hingga 196.000 mph atau sekitar 315.431 km per jam. Objek itu bergerak melaju melewati Tata Surya dan tak terkena oleh gravitasi Matahari.
Sebuah statemen dari proyek Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) Institute 'Breakthrough Listen' yang dilaunching tahun 2015 menganalisis, bentuk lonjong seperti itu sangat menguntungkan sebuah pesawat luar angkasa karena dapat meminimalkan gesekan oleh gas atau debu yang melintasi Tata Surya.
"Peneliti yang bekerja pada transportasi jarak jauh sebelumnya telah menyarankan agar bentuk cerutu atau jarum adalah bentuk yang paling mungkin untuk pesawat luar angkasa antarbintang, karena ini akan meminimalkan gesekan dan kerusakan gas dan debu antarbintang," tutur statemen tersebut.
Tim Breakthrough Listen menggunakan teleskop radio Green Bank di West Virginia AS untuk mempelajari objek asing yang diberi nama Oumuamua itu. Oumuamua merupakan istilah dalam bahasa Hawaii yang artinya 'utusan'.
Peneliti utama di SETI Institut California, Andrew Siemion, mengatakan kehadiran Oumuamua akan menghadirkan terobosan dalam hal kepekaan yang belum pernah ada sebelumnya untuk mendeteksi objek-objek yang bergerak sangat cepat.
"Apakah ini benda buatan atau alami, ini adalah target besar untuk (proyek Breakthrough) Listen," tutur Siemion.
Objeknya saat ini berada sekitar dua Unit Astronomi (AU) dari Bumi, atau dua kali jarak Bumi dan Matahari. Unit Astronomi merupakan sebutan untuk jarak perkiraan Bumi dan Matahari yang diperkirakan mencapai 150 juta kilometer. (dtc)