Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Kulon progo. General Manager (GM) PT Angkasa Pura (AP) I Yogyakarta, Agus Pandu Purnama, bersama rombongan kantor proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA) bersilaturahmi dengan warga Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo (PWPP.KP). AP I Yogya berencana membuka dialog dengan warga penolak proyek NYIA.
Namun dialog tersebut gagal. AP I Yogyakarta tidak mempermasalahkannya. Pihaknya sudah punyai niat bertemu dengan warga.
Silaturahmi diawali dengan penyampaian maksud tujuan AP I Yogya. Ketika membuka pertemuan di Masjid Al Hidayah Dusun Kragon II, Desa Palihan, Kecamatan Temon, Kulon Progo, GM AP I Yogya Agus Pandu lebih dulu mengutarakan niat untuk menyampaikan kegalauan dirinya terkait polemik pengosongan lahan calon lokasi pembangunan NYIA di Kecamatan Temon tersebut.
Namun sebelum menuntaskan curhatnya, apa yang menjadi keluh kesah Agus Pandu dipotong oleh warga. Warga bersikeras tak mau berdialog jika pertemuan membahas proyek NYIA.
Berikut kegalauan Agus Pandu yang kembali dipaparkan kepada wartawan ketika memberikan keterangan pers di posko pekerja proyek NYIA, di bekas kantor PT Pembangunan Perumahan yang berada tak jauh dari posko PWPP.KP.
Menurut Agus, Bandara Adisutjipto perkembangannya cukup pesat dengan kapasitas penumpang 1,2 juta orang per tahun dan terus meningkat tiap tahunnya.
"Tahun 2016 tercatat penumpang 7,2 juta per tahun, dan ini naik terus," kata Agus, Jumat (15/12/2017).
Namun karena keterbatasan lahan, AP I Yogya tidak bisa mengembangkan Bandara Adisutjipto. Akibatnya, banyak antrean keberangkatan maupun kedatangan pesawat. Bahkan, lanjutnya, kerap muncul keluhan dari penumpang terhadap pelayanan Bandara Adisutjipto seiring meningkatnya minat masyarakat menggunakan jasa penerbangan udara.
Padahal, kata dia, ada aturan perbandingan 14 meter persegi bagi satu penumpang untuk kategori bandara kecil. Dan saat ini, kondisi Adisutjipto hanya 1,2 meter untuk satu penumpang.
"Banyak pesawat holding, muter di atas (langit), banyak yang balik ke Jakarta, Bali, karena tak punya slot masuk ke Adisutjipto. Sehingga pemerintah memiliki rencana membangun NYIA," jelasnya.
Kondisi itulah yang menjadi dilema pemerintah sehingga setelah melalui tahapan kajian awal yang berjalan sejak Izin Penetapan Lokasi (IPL) Menteri Perhubungan tahun 2013, akhirnya diputuskan membangun NYIA di Kulon Progo.
Dia memastikan warga Kulon Progo tak akan menjadi penonton dengan proyek NYIA ini. Warga dipastikan akan ikut menikmati NYIA.
"AP bersama pemerintah daerah melakukan berbagai pelatihan wirausaha dan ketrampilan, kita persiapkan nanti warga bisa bersaing ketika bandara dioperasionalkan," ujarnya.
Agus juga menyebut aturan setiap 1 juta penumpang butuh 1.000 orang pekerja. Dengan kapasitas 25 juta penumpang NYIA, maka dibutuhkan 25 ribu pekerja bandara. Belum ditambah lapangan kerja di luar bandara, seperti jasa pariwisata, transportasi pendukung, dan kuliner.
Selain itu, juga dampak adanya penerbangan langsung mancanegara ke NYIA. Agus mencontohkan penerbangan naik haji bisa berangkat dari NYIA langsung menuju Jeddah, Arab Saudi.
"Dua maskapai dari Timur Tengah sudah daftar jadwal penerbangan, tak lagi lewat Malaysia, tidak lagi lewat lain, karena panjang landasan (NYIA) 3.600 meter lebar 60 meter," jelasnya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, Agus kembali menekankan dampak perekonomian sangat luas ke depannya dengan keberadaan NYIA.
"Tapi kita dibatasi target waktu, pemerintah pusat sudah keluarkan Perpres 98/2017 tentang Percepatan Pembangunan NYIA harus beroperasi April 2019, kita menunggu kesadaran warga," ujar Agus.
"Tadi kami dipotong (dialognya), tidak apa, paling tidak, niat kami sudah terlaksana bertemu warga," pungkasnya. (dtc)