Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Andil aset perbankan syariah di Indonesia per Oktober 2017 masih di posisi 5,55%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan share ini memang sangat kecil dari share perbankan konvensional dan kalah dengan negara tetangga, Malaysia.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro menjelaskan memang banyak tantangan untuk perbankan syariah sehingga andilnya masih di kisaran 5%. Jumlah ini jauh dari Malaysia yang andilnya sudah mencapai 23%.
"Perbankan syariah harus bekerja lebih giat lagi dalam melayani masyarakat. Mulai dari pelayanan yang baik, produk yang bisa diterima masyarakat. Kita masih kalah sama Malaysia yang sharenya sudah 23%," kata Soekro dalam diskusi di Gedung OJK Soemitro Djojohadikusumo, Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Dia menjelaskan, masih kalahnya Indonesia dengan Malaysia karena bank syariah di Malaysia mendapatkan dukungan kuat dari pemerintah. Saat ini Indonesia juga sudah mulai mendukung keuangan syariah, pasalnya Presiden Jokowi sudah membentuk komite nasional keuangan syariah (KNKS).
"Dengan komite ini mudah-mudahan Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari Malaysia soal keuangan khususnya perbankan syariah," ujar dia.
Soekro menjelaskan, bank syariah juga harus meningkatkan layanan teknologi informasi, sumber daya manusia yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia, dan ini bisa menjadi potensi untuk pengembangan bank syariah.
"Umat muslimnya banyak di Indonesia, potensinya besar. Padahal tidak hanya umat muslom yang bisa menggunakan layanan bank syariah, tapi seluruh umat di dunia," ujar dia.
Berdasarkan data OJK, jumlah aset perbankan syariah nasional tercatat Rp 406,23 triliun. Kemudian dana pihak ketiga (DPK) Rp 281,83 triliun. Lalu pembiayaan yang disalurkan Rp 325,69 triliun. Saat ini jumlah jaringan kantor bank syariah tercatat 2.622 unit. (dtc)