Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bogor. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, meminta Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo untuk terus menggenjot program satu desa satu komoditas unggulan.
Menurut Darmin, program menanam satu komoditas unggulan di satu desa dianggap mampu memberikan manfaat bagi daerah itu sendiri, serta berdampak baik bagi perekonomian.
"Apa yang pernah di-launching oleh menteri desa, satu desa satu komoditi unggulan, itu awalan yang bagus, jangan kendor walaupun jangan dipaksakan, one village one commodity," kata Darmin saat acara Munas Himpunan Alumni IPB, Bogor, Sabtu (16/12).
Dalam acara tersebut, Darmin mengungkapkan jika Indonesia masih belum memanfaatkan luas lahan tanam baik perkebunan maupun pertanian. Sebab, dari total luas tanam perkebunan yang sekitar 26 juta hektar sampai 27 juta hektar produktivitasnya masih rendah, seperti sawit yang hanya sekitar 5,5 ton sampai 6 ton per hektar.
Akar masalahnya, kata Darmin, mulai dari pemilihan bibit sampai dengan sungkannya pemilik lahan, baik perusahaan maupun masyarakat untuk melakukan peremajaan.
Menurut Darmin, pemerintah tengah menjalankan program kehutanan sosial yang mana bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menciptakan penghasilan dari lahan yang telah diberikan untuk dikelola.
Dalam program itu juga pemerintah mendorong transformasi dari setiap lahan yang termanfaatkan untuk tidak hanya ditanami satu komoditas yang sama, melainkan harus bervariasi.
"Kalau satu cluster 70 hektar, kan 10 hektar bisa pelihara ikan, atau jualan apa, dengan transformasi tadi produktivitasnya naik, orang bisa dirasionalkan," tambah dia.
Oleh karenanya, penataan ulang dari lahan yang dimiliki atau dimanfaatkan oleh masyarakat perlu untuk dilakukan. Apalagi, bagi para mereka yang penghasilannya masih kecil. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan merumuskan suatu program pasca panen dan juga menyiapkan penyerap hasil panen para petani.
"Dana desa itu sudah bisa selain infrastruktur, juga dibutuhkan gudang pengganti lumbung, sukur-sukur desa kerja sama punya dryer, lumbung gudang ada tapi enggak punya dryer itu sama saja," tukas dia.(dtf)