Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bogor. Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan keunggulan RI dibandingkan Australia perihal proses penggemukan sapi. Meski saat ini kebutuhan daging sapi nasional masih disokong suplai impor, Darmin mengakui bila proses penggemukan sapi di Indonesia lebih unggul dan sehat.
Pasalnya, Indonesia memiliki berbagai pilihan pakan ternak yang lebih berkualitas dan beragam.
"Kita punya keunggulan dibanding Australia dibanding sapi, kalau Aussie unggul dalam mengembangkan sapi, kita unggul menggemukkan karena banyak makanannya di sini, banyak tebu, tanaman jagung, sebenarnya harusnya kita bisa," ujar dia dalam acara Musyawarah Nasional, Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), di Ballroom IPB International Convention Center, Sabtu (16/12).
Meski begitu, Darmin mengakui jumlah populasi sapi di Indonesia saat ini tengah turun. Namun Darmin akan terus berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk mengoptimalkan target penghasilan produksi lokal untuk kebutuhan suplai konsumsi di dalam negeri.
"Tetapi kita tahu jumlah sapi turun, padahal kita punya (jenis pakan ternak). Memalukannya itu, tapi enggak pernah lancar, kita berjalan menyiapkan itu, begitu juga di perikanan, akan tetapi polanya adalah, saya bicara dengan Bu Susi (Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan), sudahlah daripada ya memang berhasil menenggelamkan orang, tapi membangun nelayannya masih susah," ujar dia.
Darmin lebih lanjut mengungkapkan, koordinasi yang sudah dilakukannya dengan Menteri Susi terkait perkembangan perekonomian di sektor kelautan. Dalam bahasannya Darmin menjelaskan, permasalahan nelayan masih terkait modal usaha.
"Tapi beliau (Menteri Susi) melihat yang diperlukan financing-nya. Kita mendesain KUR bukan hanya tanaman pangan, tetapi untuk perkebunan perikanan, dan peternakan, kita mungkin tidak pernah membicarakan secara mendalam bahwa jumlah sapi di RI makin lama makin turun, dan memang sayangnya pemerintah tidak berani jelas di level ini," ungkap dia.
Lebih lanjut Darmin menjelaskan, pihaknya sudah memberikan bantuan berupa kredit investasi dan kredit modal kerja yang bunganya di tahun 2018 akan turun menjadi 7%.
"Tahun lalu untuk produksi dan jasa maksudnya saya jasa di luar perdagangan kita hitung tahun lalu KUR itu Rp 80 triliun itu kira-kira hampir 30% yang untuk produksi, sisanya pedagang, tahun ini 40% produksi. Kalau enggak mau tambah plafonnya, kita sudah cek, sekarang produksi KUR sekarang kira-kira 43-44% tahun depan 50%, dan seterusnya berhenti kalau produksi 80%, pantasnya KUR perdagangan 20%," papar dia. (dtf)