Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jember - Meninggalnya Tumirah (60), warga RT 02 RW 16, Dusun Krajan Kulon, Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, diduga karena kelaparan. Perempuan itu memang dikenal sering keluar rumah dengan berjalan kaki.
"Dia memang sering ke luar rumah. Kadang bekerja mencari sisa padi atau berkunjung ke rumah anaknya. Itu dilakukan dengan berjalan kaki. Mungkin itu yang membuat dia kelelahan dan kelaparan," kata Kepala Dusun Krajan Kulon, Sutaryono, Minggu (17/12/2017).
Menurut Sutaryono, Tumirah masuk keluarga miskin yang mendapat Raskin dan BLT. Suami Tumirah selama ini kerja serabutan. Untuk membantu perekonomian sang suami, Tumirah terkadang pergi ke lahan padi yang sudah dipanen. Dia mengais sisa-sia padi yang berada di lahan.
Dengan kondisi yang serba pas-pasan itu, Tumirah harus berjalan kaki jika bepergian. Wanita itu tidak memiliki cukup uang buat naik kendaraan. "Contohnya ketika berkunjung ke rumah anaknya di Bangsalsari, dia berjalan kaki, padahal kan jauh," terang Sutaryono.
Padahal, kondisi fisik Tumirah sudah sangat udzur. Ditambah lagi, secara psikis perempuan ini juga mulai mengalami kepikunan. "Kondisinya sudah seperti itu, tapi dia tetap sering ke luar rumah," kata Sutaryono.
Ketua RT 02, Yasir mengungkapkan, sebelum ditemukan meninggal di semak-semak dekat tangkis sungai Dusun Pondok Waluh, Desa Wringin Agung, Kecamatan Jombang, Tumirah sudah tiga hari meninggalkan rumah. Pihak keluarga dan tetangga sempat melakukan pencarian, namun tak membuahkan hasil.
"Sampai kemarin itu kita mendapat kabar ada perempuan meninggal di semak-semak dekat tangkis sungai, dan ketika dicek, ternyata itu jenazah bu Tumirah," kata Yasir.
Meski selama ini hidup di bawah garis kemiskinan, namun keluarga Tumirah tak pernah merepotkan tetangga. Dia tidak pernah meminta-minta, meski dalam kondisi lapar sekalipun.
"Tidak pernah minta makan ke orang. Mungkin tidak mau merepotkan orang lain," kata Yasir.
Suami Tumirah, Ali, mengaku pasrah dengan kematian istrinya. Dia menganggap itu sudah menjadi takdir. Oleh karena itu, pihak keluarga menolak jenazah Tumirah divisum.
"Sudah dimakamkan tadi malam, tidak divisum karena saya anggap ini sudah takdir," tandasnya. (dtc)