Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Fundamental ekonomi Indonesia sampai saat ini dalam kondisi sehat, di mana pada kuartal III-2017 pertumbuhan ekonomi berada di level 5,06%, pertumbuhan yang stabil ini tercipta di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum pulih.
Dengan data ekonomi yang baik, pemerintah selain harus menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan, juga harus menghadapi masalah urbanisasi yang pertumbuhannya relatif cepat.
"Urbanisasi ini adalah sebuah fenomena dunia, diperkirakan pada 2050 lebih dari 75% populasi dunia akan tinggal di perkotaan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat acara seminar on Urbanisasi di Shangrila Hotel, Jakarta, Selasa (19/12).
Sri Mulyani mengatakan, urbanisasi pada dasarnya memberikan dampak yang bagus terhadap perekonomian. Urbanisasi merupakan pertanda jika pendapatan masyarakat mengalami peningkatan. Namun, jika tidak ditata dengan baik, maka akan menjadi kendala bagi perekonomian nasional.
"Urbanisasi dapat mendorong konsumsi rumah tangga, investasi, dan pengeluaran pemerintah lebih tinggi, dampak lanjutannya akan menopang pertumbuhan ekonomi," tambah dia.
Urbanisasi menjadi kendala jika tidak diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur yang memberikan jaminan untuk hidup lebih baik dari daerah sebelumnya.
"Tadi untuk urbanisasi bisa menciptakan manfaat yang lebih tinggi, pertama di Indonesia banyak kota yang menderita infrastruktur gap yang akut, dari publik transportasi, sanitasi, saluran air, pengelolaan sampah, sehingga populasi pindah dari desa ke kota tapi di kota tidak dapat lingkungan yang lebih baik," ungkap dia.
Lebih lanjut Sri Mulyani mengungkapkan, urbanisasi yang telah terjadi Indonesia masih belum memberikan dampak besar bagi ekonomi, atau baru mencapai 4% terhadap PDB, atau masih kalah dengan China yang 9%, dan India mencapai 7%.
Jadi, untuk kenaikan 1% penduduk perkotaanya, Indonesia hanya memperoleh pertumbuhan PDB per kapita sebesar 4%. Hal ini disebabkan oleh kemacetan, polusi, dan risiko bencana akibat tidak memadainya infrastruktur.
"Maka tantangan untuk kelola urbanisasi di Indonesia akan jadi tempat tinggal masyarakat yang heterogen. Dengan heterogen dan fasilitas yang baik akan muncul inovasi dan produktivitas di Indonesia," papar dia.
Mengelola urbanisasi yang tepat menyangkut upaya buka saja untuk mengakomodasi melalui pembangunan fasilitas dasar namun juga untuk memberdayakan pendatang melalui pendidikan dan pelatihan, penyediaan kemudahan berusaha dan penciptaan lapangan kerja.
Pengelolaan urbanisasi tidak dapat lepas dari upaya pemerintah dalam membangun daerah pinggiran mengingat pembangunan daerah pinggiran diharapkan akan berdampak pada penciptaan sentra-sentra ekonomi baru yang akan membantu pemerataan. (dtf)