Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Ponorogo. Kuliner satu ini memang identik dengan Kota Reog, sate. Tusukan potongan daging yang lembut dibakar dengan baluran bumbu kacang yang sedap, makin menambah nikmat makanan satu ini.
Adalah warung sate milik Tukri Sobikun yang diklaim sebagai warung sate yang paling tertua serta paling terkenal di Ponorogo.
Salah satu karyawan, Yusuf Bachtiar (22) mengatakan sate Tukri memang paling tertua di Ponorogo, sekaligus mengawali lahirnya gang sate. Terletak di Jalan Kawu Gang 1 No 43, Kabupaten Ponorogo, sekitar 500 meter dari Pasar Legi Songgolangit. Di sini ada puluhan penjual sate berjejer rapi di masing-masing sisi jalan.
"Mbah Tukri jualan sate sejak tahun 1970-an, dimulai jualan di pinggir jalan tepatnya di Jalan Ahmad Yani," tuturnya saat ditemui detikcom, Selasa (19/12/2017).
Setelah usaha satenya mulai lancar, Mbah Tukri mencoba membuka warung dari garasi di rumahnya pada tahun 1995. Lama-kelamaan karena sudah punya pelanggan tetap, meski sudah pindah lokasi warung sate milik Mbah Tukri laris diburu pembeli.
"Puncaknya sekitar tahun 2000-an, karena banyak yang suka foto pas makan di sini akhirnya terkenal," jelasnya.
Mbah Tukri yang awalnya hanya mampu menjual 5-10 ekor ayam per hari kini mampu menjual hingga 100 ekor ayam tiap harinya. Pasalnya, sate Tukri Sobikun ini sering dikunjungi oleh para petinggi negara dan artis, seperti Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010, Uya Kuya tahun 2011, Aburizal Bakrie tahun 2012 dan Joko Widodo tahun 2013 lalu saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Saat ini kepemilikan warung sate oleh anak kedua Mbah Tukri yakni Bu Emi Listyani, sebelumnya anak pertama yakni Pak Handoko," terangnya.
Keunikan yang dimiliki sate Tukri ini, menurut Yusuf, adalah potongan daging yang besar-besar serta bumbu khas untuk membakar sate. Bumbu yang digunakan untuk membakar ini khusus, resep turun temurun keluarga.
Karyawan tidak pernah ditugaskan membuat bumbu, hanya ditugaskan untuk membakar dan melayani pembeli saja. Saat ini ada 26 karyawan yang bekerja di warung sate Tukri Sobikun. Empat orang bertugas membakar sate serta 10 orang lainnya bertugas menusukkan daging ke tusuk sate.
"Bumbunya itu pakai gula merah atau gula jawa dikasih bawang putih dan lainnya, saya kurang tahu," ujarnya.
Selain itu, sate di sini dilakukan pembakaran sebanyak dua kali. Pertama diputihkan atau dibakar setengah matang, kemudian dicelup gula atau bumbu tadi, kemudian dibakar, dicelup lagi dan dibakar lagi. Barulah siap disajikan lengkap dengan kuah bumbu kacang. Untuk satu porsi sate, dijual dengan harga Rp 32 ribu lengkap dengan irisan lontong.
"Sate kami juga tahan untuk luar kota selama dua hari tanpa pendingin," imbuhnya.
Bahkan warung ini melayani pesanan luar kota, mulai dari Surabaya, Malang bahkan Jakarta. "Kami kerjasama dengan catering, jadi tiap bulan kami selalu kirim luar kota," pungkasnya. (dtc)