Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Karawang. Sepanjang tahun 2017, jumlah pengidap HIV di Karawang dilaporkan meningkat. Menurut catatan KPA setempat, ada 46 orang positif HIV tahun ini. Yang membuat miris, 17 di antaranya meninggal dunia.
"Ke-17 pengidap yang meninggal mayoritas adalah kalangan LSL," ujar Yana Aryana, Staf Pengelola program KPA Karawang saat ditemui detik di kantor KPA Karawang, Jalan Bogor, Kwcamatan Karangpawitan Rabu (20/12/2017).
LSL adalah akronim dari laki - laki yang berhubungan badan dengan sesama jenis. "Selain gay, waria dan pelaku heteroseksual juga termasuk kategori LSL," ungkap Yana.
Pada 2017, KPA Karawang pernah melakukan pemetaan di 16 lokasi. Hasilnya 466 orang mengaku sebagai LSL. "Itu hanya yang mengaku, jumlah sebenarnya kemungkinan bisa lebih banyak. Karena ada fenomena gunung es dalam hal ini. Yang tidak mengaku lebih banyak," kata Yana.
Berdasarkan hasil pemetaan KPA, kalangan LSL lebih rentan terkena HIV lantaran melakukan hubungan seks yang berisiko. "Banyak yang tidak memakai kondom," ungkap Yana.
Kasus terakhir pelaku LSL yang positif HIV di Karawang menimpa seorang pelajar di bawah umur. "Usianya baru 16 tahun dan baru kelas satu SMA. Pengakuannya sejak dari SMP melakukan hubungan sesama jenis," ungkap Yana.
Jika sudah begitu, para pelaku LSL biasanya datang ke puskesmas terdekat untuk tes darah. "Mereka mulai khawatir jika menemukan bekas pasangan mereka positif HIV. Lalu mulai sadar dan menggunakan kontrasepsi," kata dia.
Untuk meredam penyebaran virus mematikan itu, KPA melakukan sejumlah tindakan. Di antaranya menggandeng LSM yang bergerak di bidang kesehatan untuk mendistribusikan kondom secara gratis. "Rekan LSM dan relawan kesehatan juga memindistribusikan pelumas," tutur Yana.
Supaya lebih menjangkau, relawan KPA juga kerap mendatangi beberapa tempat di Karawang yang kerap menjadi pusat aktivitas pelaku LSL di akhir pekan. Menurut Yana, biasanya para pelaku LSL berkumpul di tempat olahraga, tempat hiburan dan beberapa kafe di Karawang.
"Biasanya mereka berkumpul di pendopo Lapangan Karangpawitan pukul sembilan malam. Mereka berasal dari berbagai wilayah ada yang dari Batujaya, Rengasdengklok," tutur dia.
Menurut Yana, biasanya para pelaku LSL itu cenderung tertutup. Yana juga kerap memantau aktivitas mereka di media sosial.
"Karena mereka lebih terbuka di medsos, kami juga pantau sejumlah grup dan forum di facebook. Di salah satu grup bahkan membernya ada 13 ribu orang," ungkap Yana. Di sana, kata Yana, mereka tak sungkan bertransaksi dan menawarkan jasa seks secara vulgar. (dtc)