Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Rating pada Rabu 20 Desember lalu menaikan peringkat utang Indonesia menjadi BBB/Outlook Stabil.
Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) menjelaskan, peningkatan peringkat ini menjadi cerminan dari persepsi investor terhadap Indonesia.
"Kenaikkan peringkat ini kan mewakili analisis dan persepsi dari investor internasional terhadap pengelolaan ekonomi Indonesia yang membaik," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Jumat (22/12).
Mirza menjelaskan, Indonesia terakhir kali mendapatkan rating BBB adalah pada tahun 1995 silam. Kemudian ekonomi mengalami penurunan dan rating turun benjadi BBB- dan kemudian turun lagi pada 1998 akibat krisis.
"Jadi memang butuh 22 tahun untuk mendapatkan rating yang baik lagi, ini mereka apresiasi bagaimana Indonesia menangani shock external seperti pengelolaan cadangan devisa yang baik, kemudian bagaimana pemerintah mengelola neraca perdagangan," imbuh dia.
Dengan peningkatan rating ini diharapkan bisa terus mendorong perbaikan ekonomi makro Indonesia. Hal ini terefleksi dari yield surat utang negara (SUN) yang membaik di kisaran 6%. Kemudian swap rate yang sudah di bawah 3,5% untuk tenor satu bulan, meskipun suku bunga kebijakan BI berada di level 4,25%.
Dalam penjelasan kenaikan peringkat, Fitch mengapresiasi pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan moneter. Menurut Mirza, langkah kebijakan moneter yang diambil oleh BI sebagai bank sentral harus prudent untuk perekonomian.
Dia menyebutkan, langkah prudent tersebut menghasilkan suku bunga yang turun hhingga 200 basis poin (bps), kemudian melonggarakan kebijakan makroprudensial sebanyak 2 kali yakni relaksasi loan to value (LTV), kemudian perubahan giro wajib minimum (GWM) dari fix menjadi GWM averaging.
"Ini mempengaruhi ke likuiditas, jadi pelonggaran seperti itu sudah berhasil dilakukan dan mengendalikan makro ekonomi," ujarnya.
Mirza menjelaskan, ke depan tantangan perekonomian Indonesia adalah masih harus mewaspadai langkah bank sentral Amerika Serikat yakni The Federal Rerserve yang menaikan suku bunga, diprediksi masih akan menaikkan 2 hingga 3 kali. Kemudian european central bank (ECB) yang saat ini sedang memperhitungkan untuk melakukan stimulus moneter. (dtf)