Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Moskow. Rusia menawarkan diri untuk menjadi mediator antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut), jika memang kedua negara itu mengizinkan. Tawaran Rusia ini disampaikan setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan rentetan sanksi baru untuk Korut.
"Anda tidak bisa menjadi mediator antara dua negara menurut keinginan Anda sendiri. Itu tidak mungkin, Anda butuh kesediaan kedua belah pihak," ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada CNN, Rabu (27/12).
"Kesiapan Rusia untuk membuka jalan bagi deeskalasi sangat jelas terlihat," imbuhnya.
Pernyataan Peskov ini disampaikan beberapa hari setelah Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menjatuhkan sanksi-sanksi baru untuk Korut. Sanksi baru ini dijatuhkan sebagai respons atas uji coba rudal balistik antarbenua Korut pada 29 November lalu.
Sanksi baru itu melarang hampir 90 persen ekspor produk minyak sulingan ke Korut dengan membatasinya hingga 500 ribu barel per tahun. Sanksi ini juga menuntut semua negara memulangkan para pekerja asal Korut dalam waktu 24 bulan.
Tawaran menjadi mediator semacam ini bukan hal yang tidak biasa untuk Rusia. Sejak lama Kremlin berada di posisi yang menyerukan agar AS dan Korut bergerak maju ke meja perundingan diplomatik.
Pada Senin (25/12) waktu setempat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyerukan agar AS dan Korut mulai berdialog. Lavrov juga meminta AS untuk mengambil langkah awal menuju dialog.
"Saya pikir langkah awal harus dilakukan oleh pihak yang lebih kuat dan lebih cerdas, dan kami meyakini ada orang-orang di AS yang percaya bahwa situasi ini harus diselesaikan melalui cara-cara diplomatik," ucapnya dalam wawancara dengan media Rusia, RT.
Beberapa waktu lalu, Presiden AS Donald Trump bersumpah akan melawan provokasi Korut dengan kekuatan militer. Trump bahkan bersumpah akan memberikan 'api dan kemarahan' terhadap pemimpin Korut Kim Jong-Un jika mereka tetap melontarkan ancaman nuklir. Namun para pejabat tinggi dan penasihat top AS menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen pada jalur damai untuk menyelesaikan konflik dengan Korut. (dtc)