Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Padang Panjang. Bagi petani di kawasan Padang Panjang, Sumatera Barat, bertani memiliki tantangan dan kesukaran tersendiri dibandingkan petani di daerah lainnya. Berada di dataran tinggi dan terkenal dengan kota hujan, membuat aktivitas bercocok tanam perlu perjuangan ekstra.
Di musim seperti sekarang, hujan dan badai hampir mampir setiap harinya. Namun begitu, menurut Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Balitbangtan Sumatera Barat, Chandra Indrawanto, petani di daerah tersebut menyikapi dengan penuh kesabaran. Begitu hujan reda, petani langsung memanen padinya.
"Seringkali dalam sehari hanya bisa panen selama 2-3 jam," kata Chandra dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/12).
Diungkapkannya, Padang Panjang merupakan kota kecil yang memiliki lahan sawah hanya seluas 630 ha dengan fasilitas irigasi setengah teknis. Kendati begitu, dalam beberapa hari ke depan akan selalu ada panen padi di kota ini karena waktu tanam yang tidak serentak.
Kelompok Tani (Keltan) Sawah 10 di Kelurahan Ganting melakukan panen varietas Anak Daro dan Randah Kapau seluas 20 hektar. Produktivitas 8,8 ton per hektar, dengan harga gabah Rp 5.500/kg dan beras Rp 9.500/kg.
Kemudian Keltan Limbuti 2 di Kelurahan Koto Panjang memanen padi organik varietas Anak Daro seluas 10 hektar. Produktivitas 8,16 ton per hektar dengan harga gabah Rp 8.000/kg dan beras Rp 15.000/kg. Keltan Kubang Laweh di Kelurahan Ngalau memanen varietas Saganggam Panuah seluas 7 hektar. Produktivitas 8 ton per hektar, dengan harga gabah Rp 6.000/kg dan beras Rp 11.000/kg. Keltan lain juga terlihat melaksanakan panen.
Menurut Chandra, petani di kota ini umumnya menjual hasil panen dalam bentuk beras karena lebih menguntungkan. Rendemen padi ke beras rata-rata 40%. Artinya, nilai ekonomi di Keltan Sawah 10 sebesar Rp 668.800.000, di Keltan Limbuti 2 sebesar Rp 49.600.000, dan di Keltan Kubang Laweh sebesar Rp 246.400.000.
Sukses lain kota ini adalah surplus LTT (luas tambah tanam) padi sawah. Target awal seluas 1.787 hektar, tetapi bisa terealisasi menjadi 1.881 hektar sampai 26 Desember 2017.
Namun yang harus diwaspadai adalah mulai terlihatnya serangan hama tikus meski dengan tingkat kerusakan ringan. Ini ditemukan di Keltan Sawah 10 (0,5 hektar), Keltan Limbuti 2 (0,5 hektar), dan Keltan Talang Saiyo di Kelurahan Sigando (2,1 hektar).
"Hasil yang didapat ini tentu saja berkat kerja keras petani yang dibina penyuluh, Dinas Pangan dan Pertanian, BPTP dan pihak terkait lainnya termasuk TNI," pungkas Chandra. (dtf)