Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) bukanlah segalanya. Karenanya, kontestasi Pilkada tidak seharusnya menimbulkan konflik terbuka dan jangalah sampai mengorbankan persatuan yang sudah terbina selama puluhan tahun.
Hal ini ditegaskan Ketua DPW Partai Berkarya Sumut, Rajamin Sirait. Dikatakannya, suhu politik yang memanas dalam tahun politik adalah hal yang lumrah terjadi. Masyarakat menurutnya mesti bijak menghadapi suhu politik yang dinamis. Tahun 2018 adalah tahun penyelenggaraan Pilkada serentak di Indonesia, termasuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut (Pilgub Sumut) 8 kabupaten/kota di Sumut.
"Ingat, Pilkada bukan segala-galanya," kata Rajamin, di Medan, Sabtu (30/12/2017).
Para elit politik harusnya menjadi teladan dalam berpolitik, dalam menyikapi perbedaan dan bukan malah sebaliknya, meraup untung dengan memecah masyarakat. "Kita harapkan tahun 2018, tahun politik, masalah SARA, konflik-konflik horizontal, bisa dihindari," ungkapnya.
Menurutnya, perdebatan dengan sentimen SARA rentan terjadi. Persatuan dan keamanan kemudian jadi taruhannya.
"Inilah demokrasi yang kita caplok langsung dari Amerika. Sehingga kita jadi individualistis. Padahal kita punya Pancasila dan undang-undang dasar 1945 sebagai pedoman, sebagai dasar," sebutnya.
Pancasila, menurutnya, mengatur bahwa orang Indonesia bisa menggunakan jalan musyawarah dalam mencapai kesepakatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti yang diatur dalam sila keempat. Lalu, muaranya adalah sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Karenanya,,, praktik demokrasi yang dijalankan saat ini mesti dipikirkan ulang. "Sebenarnya demokrasi tidak cocok dengan budaya Indonesia. Biaya yang tinggi, konflik tinggi, tapi belum juga muncul pemimpin yang kita harapkan," tutupnya.